Penyakit

Herpes Zoster – Tanpa Komplikasi

Herpes Zoster – Tanpa Komplikasi 830 495 Yudha Pratama

Herpes zoster (Cacar Ular) merupakan penyakit yang ditandai dengan timbulnya ruam dan bintil berisi air yang disertai nyeri pada salah satu sisi tubuh. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus Varicella Zoster, yang juga menjadi penyebab cacar air.

Penyakit ini tidak sampai mengancam jiwa, akan tetapi bisa menimbulkan nyeri yang sangat mengganggu. Pada umumnya hanya terjadi satu kali, kasus ini jarang terjadi terhadap orang yang pernah terkena herpes zoster untuk bisa mengalami kekambuhan.

Apa Saja Gejalanya?

Ada beberapa gejala yang harus Anda ketahui, timbulnya bintil berisi air di kulit, dengan ciri-ciri sebagai berikut:

  • Bintil muncul seperti cacar air di salah satu sisi tubuh, bisa kanan atau kiri,
  • Timbul di satu area kulit.
  • Jaringan kulit di sekitar bintil menjadi bengkak.
  • Biasanya berkembang menjadi luka lepuh yang akan pecah dan menjadi luka berkerak, lalu menghilang secara perlahan dalam 2–3 minggu.
  • Muncul di jalur saraf dari saraf tulang belakang, seperti pada punggung, dada, dan perut.
  • Bintil timbul di area wajah, mata, mulut, dan telinga.

Bintil herpes pada kulit terasa nyeri seperti terbakar, kaku, dan kesemutan yang semakin parah bila tersentuh. Nyeri tersebut sudah timbul 2-3 hari sebelum bintil muncul dan masih akan terus terasa bahkan setelah bintil hilang.

Namun, selain itu bintil dan nyeri, gejala lainnya yang dialami oleh si penderita adalah:

  • Demam,
  • Menggigil,
  • Sakit kepala,
  • Kelelahan,
  • Sensitif terhadap cahaya.
  • Sakit perut.

Penyakit herpes zoster bisa terjadi di dalam dan di sekitar mata. Kondisi tersebut dinamakan zoster ophthalmicus. Ruam lepuh yang timbul akan muncul di kelopak mata, dahi, dan terkadang di sekitar area hidung. Berikut gejalanya, yaitu:

  • Mata terasa terbakar, nyeri berdenyut, memerah dan meradang.
  • Kelopak mata membengkak.
  • Penglihatan kabur.

Apa Saja Penyebabnya?

Penyebab yang terjadi pada herpes zoster, karena dari virus Varicella Zoster yang menjadi penyebab cacar air. Bagi penderita yang sembuh dari cacar air, cirus tersebut tidak mati, namun hanya menjadi tidak aktif.

Pada virus yang tidak aktif ada kemungkinan pindah ke saraf sumsum tulang belakang dan otak untuk menetap selama bertahun-tahun. Di fase ini tidak menimbulkan gejala apa pun, virus yang aktif akan mempengaruhi sel saraf di kulit sehingga bisa menimbulkan gejala ruam.

Herpes zoster

Saat ini belum diketahui penyebab virus Varicella Zoster aktif kembali, karena tidak semua orang yang pernah mengalami cacar air akan mengalami Herpes Zoster. Ada beberapa kondisi yang diduga bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami Herpes Zoster, yaitu:

  • Usia 50 tahun ke atas
    Seiring pertambahan usia, daya tahan tubuh akan makin melemah sehingga risiko terkena herpes zoster akan makin tinggi.
  • Stres
    Stres fisik atau emosional dapat membuat tubuh melepaskan senyawa kimia yang bisa mengganggu daya tahan tubuh.
  • Daya tubuh yang lemah
    Kondisi ini dapat terjadi akibat AIDS, kanker, operasi transplantasi organ, atau konsumsi obat kortikosteroid dalam jangka panjang.

Bagaimana Cara Mengatasinya?

Ada cara yang bisa mengurangi risiko terjadinya herpes zoster yaitu dengan mendapatkan vaksin cacar air atau vaksin varicella. Vaksin tersebut disarankan untuk orang berusia 50 tahun ke atas. Selain itu, vaksin juga bisa diberikan kepada penderita untuk mencegah kekambuhan.

Meskipun tidak bisa mencegah sepenuhnya, vaksin varicella bisa mengurangi keparahan gejala penyakit ini. Selain itu, vaksin juga mempercepat waktu penyembuhan. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, adanya kelanjutan dari penyakit cacar air tidak bisa menular.

Berikut beberapa hal yang harus diketahui oleh Sobat FAST untuk menghindari penularannya, yaitu:

  • Menutupi luka yang melepuh, agar cairan pada lepuhan tidak mengkontaminasi benda-benda yang bisa menjadi perantara penularan.
  • Jangan pernah menyentuh atau menggaruk luka lepuh.
  • Mencuci tangan Anda dengan sabun dan air yang mengalir secara rutin.
  • Menghindari kontak langsung dengan ibu hamil yang belum pernah terserang cacar air, bayi dengan berat badan lahir rendah atau bayi prematur, dan orang dengan daya tahan tubuh yang lemah.

Kapan Anda Harus Ke Dokter?

Jika Anda merasakan beberapa gejala yang telah dijelaskan, segeralah untuk konsultasi ke dokter. Terutama untuk Anda yang:

  • Usia 60 tahun atau lebih.
  • Mempunyai daya tahan tubuh yang lemah akibat menderita kanker atau penyakit kronis, riwayat transplantasi organ, atau sedang mengkonsumsi obat tertentu.
  • Mengalami nyeri dan ruam di sekitar mata.
  • Tinggal satu rumah dengan orang yang memiliki daya tahan tubuh lemah.
  • Memiliki ruam yang menyebar dan terasa sangat nyeri.

Apa Itu Molluscum Contagiosum? – Yuk Cari Tahu!

Apa Itu Molluscum Contagiosum? – Yuk Cari Tahu! 512 277 FASTLab Editor

Apa itu molluscum Contagiosum? Penyakit molluscum contagiosum atau moluskum kontagiosum adalah infeksi virus yang menyebabkan tumbuhnya bintil di kulit. Bintil tersebut biasanya tidak terasa nyeri, tetapi menimbulkan rasa gatal.

Sobat FAST harus tahu, bahwa molluscum contagiosum merupakan sebuah kondisi yang mudah untuk dikenali. Bintil pada penyakit molluscum contagiosum terkadang tidak perlu diobati dan biasanya hilang dalam waktu 6-12 bulan.

Apa Saja Gejalanya?

Gejala yang terjadi pada penyakit molluscum contagiosum dikenal sebagai moluska yang merupakan lesi berbentuk kubah yang muncul pada kulit. Bentuk lesi yaitu berwarna putih, merah muda atau serupa dengan warna kulit, dan disertai adanya lesung atau lubang dibagian tengahnya.

Pada umumnya ukuran lesi moluska yaitu kecil dengan diameter sekitar 2 sampai 5 milimeter. Berikut beberapa gejala yang harus Sobat FAST ketahui, seperti:

  1. Berukuran kecil, seperti biji kacang hijau atau kacang tanah,
  2. Muncul di wajah, leher, ketiak, perut, kelamin, dan tungkai,
  3. Berwarna seperti warna kulit, putih, atau merah muda,
  4. Ada titik kecil berwarna putih kekuningan di tengah bintil,
  5. Jumlah bintil yang tumbuh biasanya sekitar 20-30, tetapi pada orang dengan kekebalan tubuh rendah, jumlahnya bisa lebih banyak,
  6. Awalnya keras bila diraba, kemudian melunak seiring waktu, dan
  7. Tidak menimbulkan nyeri, tetapi terasa gatal.

Apa Saja Penyebabnya?

Apa itu molluscum Contagiosum?

Moluskum kontagiosum disebabkan oleh virus Molluscum contagiosum. Seseorang dapat tertular virus ini bila bersentuhan langsung dengan kulit penderita. Penularan juga bisa terjadi akibat menyentuh atau memakai barang yang digunakan oleh penderita.

Moluskum kontagiosum juga dapat menular melalui hubungan seks. Virus ini juga dapat menginfeksi area tubuh lain, ketika seseorang menggaruk bintil kemudian menyentuh bagian tubuh lain. Akibatnya, akan muncul bintil baru di bagian tubuh yang disentuh tadi.

Apa Saja Faktornya?

Ada banyak kasus tentang moluska kontagiosum menyerang orang dengan daya tahan tubuh lemah, seperti penderita HIV/AIDS, orang yang menjalani transplantasi organ tubuh atau pasien yang menjalani pengobatan kanker.

Berikut adalah beberapa kelompok orang yang rentan terkena penyakit tersebut, yaitu:

  • Ana-anak usia 10-10 tahun.
  • Orang yang tinggal di daerah tropis.
  • Penderita dermatitis atopik.
  • Atlet olahraga yang melibatkan kontak tubuh, seperti sepakbola dan gulat.

Bagaimana Cara Mencegahnya?

Cara mencegah moluskum kontagiosum yang bisa menyebar ke area tubuh lain, oleh karena itu penting untuk mengetahui cara mencegah penularannya, yaitu:

  • Hindari menyentuh, menggaruk, atau memencet bintil.
  • Rajin mencuci tangan, terutama bila tidak sengaja menyentuh bintil.
  • Selalu menutupi bintil dengan pakaian atau dengan perban.
  • Hindari penggunaan berbagi barang pribadi atau berhubungan seksual, terutama bila terdapat bintil yang tumbuh di kelamin atau area sekitarnya.

Kapan Anda Harus Ke Dokter?

Penyakit moluskum kontagiosum bisa hilang dalam 6-12 bulan, terutama orang yang tidak mengalami gangguan sistem kekebalan tubuh. Sebaliknya, untuk orang yang dengan daya tahan tubuh lemah, seperti penderita HIV/AIDS, moluskum kontagiosum bisa berlangsung lama dan harus ditangani secara intensif.

Jika memiliki bintil yang tumbuh pada jumlah banyak atau bintil tersebut mengalami peradangan dan pecah, segera periksakan diri ke dokter. Bilamana tidak segera ditangani, penderita berisiko mengalami infeksi bakteri sekunder.

Cara Mengatasinya Kapalan? Yuk Cari Tahu Penyebabnya!

Cara Mengatasinya Kapalan? Yuk Cari Tahu Penyebabnya! 1077 784 FASTLab Editor

Cara Mengatasinya Kapalan? Mungkin sebagian besar sobat FAST sudah tahu mengenai penyakit kapalan. Sebelum kita membahas cara mengatasinya, ada baiknya kita cari tahu lebih dalam tentang Kapalan.

Kapalan atau Callus merupakan penyakit kulit yang terlihat menebal dan mengeras. Pada umumnya, kulit mengalami kapalan akan terlihat kering dan berwarna putih kekuningan. Kulit yang mengalami kapalan, biasanya berada di telapak dan jari-jari tangan, kaki, serta tumit.

Walau memang kapan bukanlah penyakit yang berbahaya, akan tetapi bisa menimbulkan rasa tidak nyaman dan mengganggu penampilan. Kondisi tersebut bisa ditangani dengan beberapa cara sederhana yang bisa dilakukan di rumah atau dengan penanganan dari dokter. 

Apa Saja Penyebabnya?

Penyebab yang terjadi pada penyakit kapalan disebabkan adanya tekanan atau gesekan yang berlebihan dan berulang pada satu area kulit. Kapalan adalah reaksi alami tubuh dalam memperkuat jaringan yang mengalami tekanan dan gesekan berulang.

Adanya reaksi tersebut yang menyebabkan jaringan kulit menebal atau disebut juga hiperkeratosis. Ada beberapa aktivitas yang memberikan tekanan dan gesekan berlebih, berulang, serta meningkatkan risiko munculnya kapalan, yaitu:

  • Menulis atau menggambar dengan alat tulis (pensil, penda, atau kuas).
  • Memainkan alat musik (Gitar atau biola).
  • Mengangkat beban berat (Melakukan olahraga angkat besi).
  • Menggunakan alat tertentu yang menyebabkan tekanan (Contohnya cangkul).
  • Tidak memakai kaos kaki saat menggunakan sepatu.
  • Menggunakan sepatu tidak nyaman (Sepatu hak tinggi, sepatu sempit, atau longgar).

Apa Saja Gejalanya?

Gejala yang terjadi pada kapalan berada di area kulit yang sering tergesek atau tertekan. Bagian tersebut biasanya berada di telapak kaki, terutama tumit dan bagian telapak dekat jari-jari kaki, lutut, bagian sisi atas, samping, sela-sela jari kaki, serta telapak tangan dan jari-jari tangan.

Jika seseorang mengalami kapalan akan merasakan adanya perubahan pada kulit, seperti:

  • Menebal, mengeras, dan terasa kasar.
  • Kulit menjadi kering dan pecah-pecah.
  • Muncul rasa nyeri saat kapalan semakin tebal.

Apa Saja Faktornya?

Ada beberapa kondisi dimana hal tersebut bisa meningkatkan resiko seseorang terkena kapalan, seperti:

  • Tidak memakai sarung tangan saat menggunakan peralatan atau mengoperasikan mesin
  • Berjalan kaki dengan tidak normal (Seperti menumpukan berat badan di bagian tumit).
  • Mengalami hammer toe atau jari-jari yang melengkung seperti cakar.
  • Menderita bunion atau benjolan pada sendi pangkal jempol kaki.
  • Mengalami osteofit pada jari tangan atau telapak kaki.

Bagaimana Cara Pengobatannya?

Pengobatan pada penyakit kapalan pada umumnya dapat sembuh, jika tekanan atau gesekan di kulit dikurangi atau dihentikan. Ada beberapa cara sederhana yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi kapalan, seperti:

  • Menggunakan plester atau perban di area yang sering mendapat tekanan atau gesekan.
  • Menggunakan sarung tangan saat mengoperasikan peralatan yang bisa memberikan tekanan atau gesekan pada kulit.
  • Memakai sepatu dan kaus kaki yang nyaman, sehingga tidak menambah tekanan pada kaki.
  • Merendamkan kapalan pada air hangat selama 10-15 menit, hal tersebut dilakukan agar kulit yang tebal bisa melunak dan mengelupas.
  • Mengoleskan pelembab secara rutin untuk mencegah kulit kering.
  • Memakai batu apunf dalam membantu menghilangkan lapisan kulit yang tebal, namun cara ini tidak boleh dilakukan oleh penderita diabetes.
Cara Mengatasinya Kapalan?

Ketika Anda menderita diabetes, gangguan pembuluh darah atau kapalan yang diderita tidak kunjung membaik, bahkan semakin parah setelah penanganan mandiri, segera periksakan diri ke dokter. Metode tersebut dapat diberikan oleh dokter yang meliputi:

  • Pemotongan atau pengikisan kulit yang berlebihan akibat kapalan.
  • Pemberian salep, gel, krim, atau plester yang mengandung asam salisilat.
  • Pemberian antibiotik bila kapalan mengalami infeksi.
  • Penggunaan sol sepatu khusus (orthotics), jika kapalan terjadi akibat kelainan bentuk kaki.
  • Bedah untuk memperbaiki posisi atau bentuk tulang yang menyebabkan tekanan dan gesekan yang berulang.

Bagaimana Cara Pencegahannya?

Pencegahan yang dilakukan pada kapalan ada beberapa hal yang bisa dilakukan, seperti:

  • Memakai sepatu yang nyaman.
  • Menghindari sepatu hak tinggi.
  • Membeli sepatu di sore hari, hal tersebut dilakukan karena ukuran kaki akan lebih besar di sore atau malam hari.
  • Menggunakan kapas dalam memisahkan jari kaki, jika sering mengalami gesekan.
  • Menggunakan sarung tangan pelindung saat mengoperasikan peralatan yang bisa menyebabkan gesekan atau tekanan berulang pada kulit.

Kapan Anda Harus Ke Dokter?

Jika merasakan beberapa gejala yang sudah dijelaskan diatas, lakukan segera pemeriksaan ke dokter saat kapalan tak kunjung juga membaik, meski sudah tidak ada tekanan atau gesekan. Pemeriksaan perlu dilakukan, terutama saat kapalan terasa nyeri, berdarah, dan bernanah.

Bagi penderita diabetes atau gangguan peredaran darah, lakukan pemeriksaan ke dokter saat mengalami kapalan. Hal itu harus dilakukan dalam mencegah terjadinya infeksi pada pada penderita diabetes.

Terima kasih sudah membaca artikel ini sampai selesai, jangan lupa untuk membaca artikel kami yang lainnya. Bila memiliki pertanyaan, bisa dituliskan melalui kolom komentar dibawah. Tak lupa mengingatkan juga untuk unduh aplikasi FASTLab untuk mempermudah Anda melakukan Medical Check Up, Swab Test Covid-19, dan Konsultasi Dokter.

Cara Mengatasi DBD? – Cari Tahu Gejala & Penyebabnya!

Cara Mengatasi DBD? – Cari Tahu Gejala & Penyebabnya! 750 500 FASTLab Editor

Cara mengatasi DBD? DBD atau Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk, biasanya terjadi di daerah tropis dan subtropis di dunia. Pada penyakit demam berdarah ringan, maka ia akan menyebabkan demam tinggi dan gejalanya seperti flu. 

Kemudian untuk demam berdarah yang parah, biasanya menyebabkan pendarahan serius, penurunan tekanan darah secara tiba-tiba (syok) dan bahkan kematian. Ada banyak jutaan kasus infeksi DBD terjadi di seluruh dunia/ tahunnya.

Para peneliti kini sedang mengupayakan membuat vaksin demam berdarah dengue. Pada saat ini, di beberapa daerah yang biasa terkena kasus DBD, cara terbaik dalam mencegah infeksi adalah menghindari gigitan nyamuk dan mengambil beberapa langkah cara mengatasinya. 

Apa Saja Gejalanya?

Ketika Anda terkena demam berdarah, biasanya akan merasakan demam tinggi sampai 40 derajat Celcius. Sobat FAST harus tahu, beberapa gejala yang biasa muncul, seperti:

  • Sakit kepala.
  • Merasakan Nyeri otot, tulang atau sendi.
  • Mual dan muntah.
  • Sakit di belakang mata.
  • Kelenjar bengkak.
  • Ruam.

Berikut beberapa tanda peringatan yang harus Anda ketahui dalam kasus demam berdarah parah, seperti:

  • Sakit perut parah.
  • Muntah berulang-ulang.
  • Pendarahan dari gusi atau hidung.
  • Darah dalam urin, tinja, atau bahkan muntahan.
  • Pendarahan di bawah kulit (kulit seperti memar).
  • Pernapasan sulit atau cepat.
  • Kelelahan.
  • Iritabilitas atau kegelisahan. 

Apa Saja Penyebabnya?

Cara mengatasi DBD?

Demam berdarah disebabkan oleh salah satu dari empat jenis virus dengue. Anda tidak bisa terkena penyakit ini karena berada di sekitar orang yang terinfeksi sebab penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk. Dua nyamuk yang bisa menularkan virus ini adalah Aedes aegypti dan Aedes albopictus.

Ada dua jenis nyamuk yang bisa menyebarkan virus dengue, saat nyamuk menggit seseorang yang terinfeksi virus dengue, biasanya virus tersebut masuk ke dalam nyamuk. Kemudian nyamuk yang terinfeksi menggigit orang lain, virus memasuki aliran darah orang tersebut dan menyebabkan infeksi.

Ketika seseorang sembuh dari penyakit demam berdarah dengue, ia akan memiliki kekebalan jangka panjang terhadap jenis virus yang menginfeksinya. Namun, jika Anda terkena kembali penyakit dengue, tingkat keparahan akan meningkat.

Apa Saja Faktornya?

Ada beberapa risiko yang memiliki lebih besar terkena penyakit atau gejala demam berdarah, akan lebih parah jika:

  • Menetap atau berkunjung ke daerah tropis. Hal tersebut disebabkan, karena berada di daerah tropis dan subtropis meningkatkan risiko terkena virus penyakit tersebut. Paling utama berisiko tinggi di daerah Asia Tenggara, pulau-pulau Pasifik Barat, Amerika Latin dan Afrika.
  • Pernah terkena penyakit DBD di masa lalu. Infeksi yang terjadi sebelumnya bisa meningkatkan risiko terkena gejala parah saat kamu terkena demam berdarah lagi.

Bagaimana Cara Mengatasinya?

Vaksin bukanlah sebagai alat yang efektif dalam mengurangi demam berdarah di daerah-daerah yang sering terjangkit wabah tersebut. Pencegahan dari gigitan nyamuk dan pengendalian populasi nyamuk masih menjadi metode utama dalam mencegah penyebab demam berdarah.

Berikut adalah beberapa tips yang bisa membantu Anda mengurangi risiko gigitan nyamuk demam berdarah:

  • Menggunakan AC atau kelambu
  • Memakai pakaian pelindung saat Anda pergi ke daerah yang dipenuhi nyamuk.
  • Menggunakan obat nyamuk seperti permetrin.
  • Mengurangi habitat nyamuk dengan menutup genangan air.

Kapan Anda Harus Pergi Ke Dokter?

Jika Anda merasakan beberapa gejala diatas, ada baiknya untuk segera pergi ke dokter dalam mendapatkan pertolongan pertama. Jangan pernah mengabaikan beberapa gejala tersebut, jika Anda tidak mau semakin parah efeknya.

Bagi sobat FAST yang sudah membaca artikel ini sampai selesai, semoga bisa bermanfaat dan terima kasih. Jangan lupa untuk membaca artikel kami yang lainnya. Bila Anda memiliki beberapa opini atau komentar, boleh tulis di kolom komentar. 

Download aplikasi FASTLab sekarang, akan mempermudah Anda untuk pelayanan Swab Test, Medical Check-Up, dan Konsultasi Dokter. Aplikasi FASTLab sudah tersedia bagi pengguna android dan IOS.

Reaksi Anafilaktik – Berikut Penyebab dan Gejalanya!

Reaksi Anafilaktik – Berikut Penyebab dan Gejalanya! 512 400 FASTLab Editor

Reaksi Anafilaktik (Syok Anafilaktik) merupakan reaksi alergi dengan kategori berat. Kondisi ini juga dapat mengancam nyawa seseorang karena dapat berkembang dengan cepat. Ketika seseorang mengalami Reaksi Anafilaktik ini akan mengalami rasa mual dan sakit pada area perut.

Alergi ini biasanya bereaksi menyebabkan penurunan tekanan darah secara drastis dan penyempitan saluran pernapasan. Bila tidak ditangani, kondisi ini bisa mengancam jiwa. Syok Anafilaktik berpotensi terjadi kembali (biphasic anaphylaxis) dalam kurun waktu 12 jam setelah syok pertama. 

Apa Saja Penyebabnya?

Penyebab terjadinya seseorang mengalami Reaksi Anafilaktik adalah ketika tubuh merespon zat-zat alergen yang dianggap berbahaya bagi tubuh secara berlebihan. Berikut ini beberapa zat alergen yang dapat menyebabkan Reaksi Anafilaktik:

  1. Obat-obatan
  2. Terkena serangan serangga
  3. Kacang-kacangan

Apa Saja Gejalanya?

Gejala pada penyakit ini bisa timbul dalam beberapa menit atau jam setelah penderita mengkonsumsi, menghirup, atau terpapar alergen. Biasanya di awal akan terlihat seperti gejala alergi, bersin-bersin, dan ruam pada kulit.

Reaksi Anafilaktik

Berikut beberapa gejala yang bisa muncul saat seseorang mengalami syok anafilaktik, yaitu:

  • Ruam seperti biduran.
  • Sulit bernapas, sesak napas, atau berbunyi “ngik” (mengi).
  • Pembengkakan di kelopak mata, bibir, lidah, dan tenggorokan.
  • jantung berdebar-debar.
  • Denyut nadi lebih cepat, tetapi terasa lemah.
  • Kram atau nyeri perut.
  • Mual, muntah, atau diare.
  • Sensasi kesemutan di kulit kepala, mulut, tangan, dan kaki.
  • Linglung, gelisah, sampai penurunan kesadaran.
  • Penurunan, gelisah, hingga penurunan kesadaran.
  • Penurunan tekanan darah secara drastis yang menyebabkan lemas, pusing, dan terasa ingin pingsan.

Apa Saja Faktornya?

Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan terjadinya syok anafilaktik, seperti misalnya, seseorang yang mengidap asma atau alergi, pernah mengalami syok anafilaktik sebelumnya, sehingga memiliki anggota keluarga yang pernah mengalami kondisi tersebut.

Baca juga: Cara Mengatasi DBD? – Cari Tahu Gejala & Penyebabnya!

Bagaimana Cara Pencegahannya?

Hal yang harus dilakukan dalam mencegah terjadinya syok anafilaktik yaitu dengan menghindari berbagai hal yang bisa menyebabkan alergi. Ada beberapa upaya yang bisa dilakukan dalam mencegah terjadinya reaksi alergi dan syok anafilaktik, yaitu:

  • Menjalani tes alergi di rumah sakit atau klinik.
  • Membaca label keterangan pada makanan atau minuman kemasan.
  • Menggunakan penangkal serangga terutama ketika berada di luar ruangan.
  • Menggunakan alas kaki saat berjalan ke luar rumah.
  • Membawa obat alergi yang diresepkan oleh dokter ketika berpergian.
  • Menginformasikan kepada dokter mengenai riwayat kesehatan.

Kapan Anda Harus ke Dokter?

Jika Anda merasakan beberapa gejala yang sudah dijelaskan diatas, segera untuk periksakan diri ke dokter. Penyakit ini bisa menyebabkan kondisi gawat darurat, Anda dianjurkan untuk segera mencari pertolongan medis bila melihat keluarga atau saudara yang mengalami gejala tersebut.

Penanganan sejak dini akan diperlukan agar resiko terjadinya komplikasi dapat dicegah. Terima kasih buat sobat FAST yang sudah membaca artikel ini, jangan lupa untuk membaca artikel kami yang lainnya.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) – Cari Tahu Sebabnya!

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) – Cari Tahu Sebabnya! 512 363 FASTLab Editor

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue itu sendiri. Dengue Hemorrhagic Fever ini dapat ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti lewat air liur gigitan saat menghisap darah manusia.

Apa Saja Gejalanya?

Pada beberapa kasus DHF, berdasarkan tingkat keparahan gejalanya dibagi menjadi demam dengue (dengue fever) dan demam berdarah dengue (dengue hemorrhagic fever).

Dengue Fever

Pada demam dengue merupakan bentuk ringan dari infeksi virus Dengue. Gejalanya hampir menyerupai demam pada umumnya dan biasanya dimulai sejak hari ke 4 – 7 setelah digigit nyamuk (masa inkubasi DBD).

Gejala yang terjadi untuk demam ini umumnya mereda kurang dari 1 minggu, akan tetapi bisa juga berlangsung sampai 10 hari. Berikut beberapa gejala demam dengue, yaitu:

  • Demam 40°C.
  • Sakit kepala berat.
  • Nyeri kepala berat.
  • Nyeri sendi, otot, dan tulang.
  • Hilang nafsu makan.
  • Nyeri di bagian belakang mata.
  • Mual dan muntah.
  • Pembengkakan kelenjar getah bening.
  • Ruam kemerahan (muncul sekitar 2-5 hari setelah demam).

Baca juga: Cara Mengatasi DBD? – Cari Tahu Gejala & Penyebabnya!

Demam Berdarah Dengue (Dengue Hemorrhagic Fever)

Kemudian untuk demam berdarah dengue (DBD) adalah kondisi ketika demam dengue dirasakan oleh penderitanya pada fase kritis. Biasanya terjadi antara hari ke 3 – 7 setelah gejala muncul.

Dimasa fase kritis, penderita demam dengue bisa mengalami penurunan suhu demam (di bawah 38°C) selama  1 hari, kemudian suhu tubuhnya akan kembali naik di hari berikutnya. Pada pola ini disebut sebagai saddleback fever demam pelana).

Ada banyak yang telah mengira bahwa demam ini merupakan tanda kesembuhan. Namun, justru di fase tersebut penderita harus diawasi lebih ketat. Dalam hal ini dilakukan karena pada fase tersebut penderita bisa mengalami pendarahan dan kebocoran pembuluh darah.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)

Berikut adalah beberapa tanda bahaya demam berdarah dengue yang harus Anda waspadai:

  • Sakit perut tidak tertahankan.
  • Muntah (3x atau lebih dalam 24 jam).
  • Pendarahan (Gusi berdarah atau mimisan).
  • Terdapat darah pada urine, tinja, atau muntah.
  • Pendarahan di bawah permukaan kulit tampak seperti memar.
  • Nafas pendek atau cepat
  • Lemas atau lelah.
  • Gelisah

Apa Saja Penyebabnya?

Penyebab yang terjadi karena demam berdarah disebabkan oleh virus Dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Virus Dengue masuk ke aliran darah manusia melalui gigitan nyamuk. Biasanya untuk nyamuk ini ada menggigit di pagi dan sore hari.

Pada penularan virus Dengue terjadi saat seseorang terinfeksi gigitan nyamuk perantara. Virus dari orang yang terinfeksi akan dibawa oleh nyamuk dan menginfeksi orang yang digigitnya.

Ada empat tipe untuk Virus Dengue, yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4. Biasanya seseorang terinfeksi salah satu tipe virus Dengue dan berhasil pulih, maka tubuhnya akan membentuk kekebalan seumur hidup terhadap tipe virus tersebut.

Kekebalan terhadap salah satu virus tidak menutupi kemungkinan terjadinya infeksi oleh tipe virus Dengue. Seseorang yang pernah terinfeksi virus Dengue lebih berisiko terinfeksi lagi dengan gejala yang lebih berat.

Kapan Anda Harus Ke Dokter?

Jika Anda merasakan gejala yang sudah dijelaskan diatas, segera untuk periksakan diri Anda ke dokter, terutama pada orang di sekitar Anda yang terdiagnosis penyakit ini. Pada dasarnya, demam dengue bisa diatasi dengan penanganan mandiri di rumah.

Walau bisa diatasi di rumah, pasien harus mengetahui tanda-tanda bahaya DBD sehingga bisa segera ke dokter. Jika tanda tersebut muncul, hal ini untuk mencegah DBD berkembang menjadi komplikasi fatal.

Semoga bisa bermanfaat pada artikel kali ini dan terima kasih buat sobat FAST yang membacanya sampai selesa. Jangan lupa untuk membaca artikel kami yang lainnya. Bila Anda memiliki pertanyaan, silahkan tulis di kolom komentar yang ada dibawah.

Apa Itu Limfadenitis? – Yuk Cari Tahu Selengkapnya!

Apa Itu Limfadenitis? – Yuk Cari Tahu Selengkapnya! 650 433 FASTLab Editor

Apa itu limfadenitis? Adanya infeksi pada kelenjar getah bening yang ditandai dengan pembengkakan kelenjar yang menyakitkan. Kelenjar getah bening yang terinfeksi biasanya merupakan infeksi sekunder yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur di tempat lain di tubuh. 

Kelenjar limfe atau kelenjar getah bening terdapat di hampir seluruh bagian tubuh, seperti :

  • Leher,
  • Ketiak,
  • Selangkangan,
  • Rongga perut, dan
  • dada.

Pada kelenjar getah bening untuk normalnya berukuran kecil, akan tetapi bisa membengkak ketika terinfeksi. Limfadenitis terjadi akibat infeksi di kelenjar getah bening. Namun untuk limfadenopati disebabkan oleh berbagai kondisi yang mengakibatkan pembesaran abnormal pada kelenjar getah bening, seperti penyakit autoimun atau leukemia.

Apa Saja Gejalanya?

Pada kelenjar getah bening merupakan bagian dari sistem limfatik. Selain kelenjar getah bening, sistem limfatik juga terdiri dari limpa, timus, sumsum tulang, amandel, dan adenoid. Di dalam kelenjar getah bening, ada sel darah putih yang memiliki fungsi melawan zat asing berbahaya.

Saat mikroorganisme menginfeksi tubuh, kelenjar getah bening bisa membengkak dan meradang sebagai respons terhadap infeksi sehingga menimbulkan keluhan limfadenitis. Berikut beberapa gejala yang harus Anda ketahui, yaitu:

  1. Pertumbuhan benjolan yang bertambah besar ukurannya,
  2. Benjolan yang menyakitkan untuk disentuh,
  3. Kemerahan atau garis-garis merah pada kulit di atas benjolan,
  4. Benjolan yang berisi nanah (abses), dan
  5. Cairan yang mengalir dari kelenjar ke kulit.

Apa Saja Penyebabnya?

Apa itu limfadenitis?

Kelenjar getah bening adalah bagian penting dari sistem kekebalan tubuh. Ini bertugas untuk mengisolasi patogen penyebab penyakit sehingga sel darah putih (limfosit) dapat menghancurkannya. 

Infeksi bakteri, virus, dan jamur memicu respons inflamasi di dalam kelenjar getah bening, menyebabkan limfadenopati. Kelenjar itu sendiri kemudian dapat terinfeksi dan menyebabkan infeksi ke seluruh sistem limfatik dalam hitungan jam. 

Bakteri streptokokus dan stafilokokus adalah penyebab paling umum dari limfadenitis. Meski begitu penyakit ini juga dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti HIV dan penyakit langka termasuk TBC dan demam kucing (bartonella). 

Apa Saja Faktor-faktornya?

Ada beberapa faktor yang harus sobat FAST ketahui. Seseorang yang mempunyai riwayat konsumsi obat hydantoin atau mesantoin dan orang yang pernah menjalani transplantasi organ lebih berisiko terserang penyakit ini.

Dari penjelasan diatas, limfadenitis sering terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh yang lemah, misalnya yang menderita penyakit berikut:

  • Rheumatoid arthritis.
  • Leukemia limfoblastik akut.
  • Limfoma.
  • Neuroblastoma.
  • Anemia sel sabit.
  • Anemia hemolitik.
  • Thalasemia.
  • Penyakit Kawasaki.
  • Sarcoidosis.

Kapan Anda Harus Ke Dokter?

Jika Anda merasakan beberapa gejala yang sudah dijelaskan, segeralah untuk melakukan pemeriksaan ke dokter. Segera pergi ke dokter bila Anda 

Segera pergi ke dokter bila gejala di atas disertai keluhan berikut ini:

  • Keringat berlebihan di malam hari.
  • Berat badan turun tiba-tiba.
  • Demam tidak kunjung membaik.
  • Muncul gejala infeksi saluran pernapasan bagian atas (pilek dan sakit menelan).
  • Pembengkakan di tungkai (Penyumbatan sistem limfatik).
  • Kelenjar getah bening membesar dan keras bila diraba, yang bisa jadi tanda tumor.

Apa Itu Hiperurisemia? Yuk Cari Tahu Sekarang!

Apa Itu Hiperurisemia? Yuk Cari Tahu Sekarang! 1920 1440 FASTLab Editor

Apa itu hiperurisemia? Kondisi tubuh dengan kadar asam urat yang terlalu tinggi didalam darah. Kondisi ini tidak menimbulkan gejala, tetapi jika dibiarkan saja akan menyebabkan penyakit yang serius seperti batu ginjal dan gout.

Pada umumnya kadar asam urat normal yaitu 1,5 – 6,0 miligram per desiliter (mg/dL) pada wanita, dan 2,5 – 7,0 mg/dL pada pria. Hiperurisemia biasa terjadi, ketika kadar asam urat dalam tubuh melebihi batas normal.

Apa Saja Penyebabnya?

Penyebab utama dari Hiperurisemia adalah tingginya kadar asam urat yang ada di dalam darah. Kondisi ini terjadi jika kamu tidak dapat mengeluarkan dengan cukup asam urat melalui ginjal, atau memiliki kandungan asam urat yang berlebihan dalam sistem tubuh.

Selain itu penyebab lainnya adalah produk sampingan dari penguraian purin dan bahan kimia yang terkandung dalam makanan dan minuman.

Contoh makanan yang tinggi akan purin:

  1. Kerang-kerangan.
  2. Minuman beralkohol.
  3. Makanan seafood.
  4. Beberapa jenis daging seperti bacon.
  5. Jeroan seperti ginjal dan hati.

Apa Saja Gejalanya?

Jika seseorang terkena Hiperurisemia terdapat 3 gejala utama yang akan dirasakan diantaranya adalah Gout, Tophaceous gout dan batu ginjal. Dari masing-masing gejala tersebut berbeda pula gejala yang ditimbulkan, berikut penjelasannya:

Gout

Apa itu hiperurisemia?
  1. Nyeri parah pada sendi.
  2. Kaku dan kecacatan pada sendi.
  3. Kemerahan dan bengkak.
  4. Bila terkena sulit untuk digerakan.

Tophaceous Gout

Gejala ini merupakan kelanjutan pada gejala Gout, seperti:

  1. Benjolan keras pada bawah kulit.
  2. Benjolan di sekitar persendian dan lekukan atas telinga.
  3. Tophi (nyeri yang berkelanjutan).

Batu Ginjal

  1. Kencing berdarah.
  2. Mual dan muntah-muntah.
  3. Urine berbau menyengat.
  4. Sulit buang air kecil.
  5. Sensasi terbakar ketika buang air kecil.
  6. Nyeri pada perut bagian bawah dan selangkangan.
  7. Nyeri pada samping, belakang dan bawah tulang rusuk.
  8. Demam dan menggigil ketika terjadi infeksi ginjal.

Apa Saja Faktornya?

Ada beberapa faktor yang harus sobat FAST ketahui, bahwa penyakit ini bisa menyerang siapa saja. Berikut faktor yang dapat meningkatkan resiko seseorang terkena hiperurisemia, seperti:

  • Penderita penyakit ginjal.
  • Gangguan metabolik (seperti obesitas, hipertensi, hipotiroidisme, hipertiroidisme, diabetes, dan dislipidemia).
  • Konsumsi obat-obatan atau suplemen (seperti diuretik, ACE inhibitor, obat penghambat beta, imunosupresan, atau vitamin B3 – niacin).
  • Menderita keracunan timah dan sindrom tumor lisis.

Bagaimana Cara Mencegahnya?

Beberapa cara mencegah penyakit hiperurisemia dalam tubuh tetap normal, berikut upaya yang bisa dilakukan:

  • Batasi makanan berlemak dan berkadar purin tinggi.
  • Membatasi konsumsi minuman manis dan minuman beralkohol.
  • Minum air putih yang cukup.
  • Mengkonsumsi makanan sehat, bergizi, dan seimbang.
  • Sering berolahraga yang cukup.
  • Menjaga berat badan tetap ideal.
  • Rajin konsultasi ke dokter, sebelum mengkonsumsi obat-obatan atau suplemen yang bisa meningkatkan kadar asam urat.

Bagaimana Cara Pengobatannya?

Pada penyakit ini akan disesuaikan dengan komplikasi yang timbul. Seperti mengobati gout, dokter bisa meresepkan obat-obatan. Berikut resep obat-obatannya, yaitu:

Pengobatan untuk batu ginjal biasanya akan disesuaikan dengan ukuran yang terbentuk. Jika batu ginjal berukuran kecil, maka dokter akan meminta pasien untuk rutin minum air putih minimal 8 gelas/ hari.

Namun, pada penyakit batu ginjal yang berukuran besar, dokter bisa menyarankan operasi pengangkatan batu ginjal. Selain beberapa pengobatan di atas, biasanya pasien juga akan mendapatkan saran untuk menjalankan pola hidup sehat, seperti:

  • Hindari makanan tinggi purin.
  • Menghindari konsumsi minuman tinggi gula dan minuman beralkohol.
  • Menurunkan berat badan jika menderita obesitas.

Kapan Anda Harus Ke Dokter?

Jika Anda merasakan beberapa gejala yang sudah dijelaskan diatas, segeralah untuk melakukan pemeriksaan ke dokter. Bila Anda mengkonsumsi obat-obatan atau suplemen yang berisiko meningkatkan asam urat, lakukan kontrol rutin dan minum obat sesuai dosis.

Semoga bisa bermanfaat pada artikel kali ini, terima kasih buat sobat FAST yang membacanya sampai selesai. Jangan lupa untuk baca artikel kami yang lainnya, hanya mengingatkan untuk sobat FAST sudah mengunduh aplikasi FASTLab?

Buat yang belum, unduh aplikasi FASTLab di HP Anda. Sudah tersedia untuk Android atau IOS.

Hari AIDS Sedunia – Bagaimana Cara Pencegahannya?

Hari AIDS Sedunia – Bagaimana Cara Pencegahannya? 1024 683 Yudha Pratama

Hari AIDS Sedunia  setiap tahun diperingati pada tanggal 1 Desember. Penetapan tersebut dengan tujuan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat dunia terhadap wabah penyakit AIDS yang sangat berbahaya.

AIDS atau Acquired Immune Deficiency merupakan suatu kumpulan gejala dan infeksi sindrom yang muncul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia lantaran virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang bisa melemahkan sistem kekebalan tubuh manusia.

Menurut WHO, HIV masih menjadi masalah kesehatan masyarakat global yang serius dan sejauh ini telah merenggut 36,3 juta jiwa. Di Tahun 2020 tercatat sekitar 680.000 orang meninggal terkait HIV dan 1,5 juta orang tertular.

Ada sekitar 37,7 juta orang yang hidup dengan HIV per akhir tahun 2020 dan lebih dari dua pertiganya 25,4 juta berada di wilayah Afrika. Penyakit tersebut sampai saat ini belum ada obatnya.

Adanya peningkatan akses ke pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan perawatan HIV yang efektif, infeksi HIV telah menjadi kondisi bagi kesehatan kronis yang bisa dikelola. Ketersediaan layanan yang memungkinkan seseorang hidup dengan HIV, untuk menjalani hidup yang panjang dan sehat.

Sejarah Hari AIDS Sedunia?

Adanya sejarah yang tercipta dibalik hari AIDS sedunia berasal dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Menteri Kesehatan Sedunia tahun 1988. Kala itu ada beberapa negara yang tengah menjalankan program pencegahan AIDS bagi masyarakat dunia.

Pada pertemuan tersebut ada beberapa organisasi internasional di seluruh dunia menyepakati Hari AIDS di tanggal 1 Desember. Menteri kesehatan juga menganggap momentum penting dalam menghormati orang yang telah meninggal karena HIV/AIDS.

Di tahun 1995 Presiden Amerika Serikat telah meresmikan Hari AIDS Sedunia pada tanggal 1 Desember. Berikutnya di tahun 2005, United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) menjadi pelopor kampanye hari AIDS Sedunia.

Sobat FAST harus tahu, bahwa sebelum memilih tema, mereka berkonsultasi dengan organisasi kesehatan global lainnya. Tugas ini diserahkan kepada World AIDS Campaign (WAC) di tahun 2005.

Mengenal Tanda dan Gejalanya?

Hari AIDS Sedunia

Gejala yang timbul telah bervariasi pada stadium infeksi, meskipun begitu orang yang hidup dengan HIV cenderung paling menular dalam beberapa bulan pertama setelah terinfeksi. Ada banyak yang tidak menyadari status mereka sampai tahap selanjutnya.

Pada beberapa minggu pertama setelah terjadinya infeksi awal, mungkin tidak merasakan atau mengalami gejala, seperti:

Saat infeksi semakin melemahkan sistem kekebalan, mereka bisa mengembangkan tanda dan gejala lainnya. Contohnya seperti:

  • Pembengkakan kelenjar getah bening,
  • Penurunan berat badan,
  • Demam,
  • Diare, dan
  • Batuk.

Tanpa adanya pengobatan, penyakit tersebut bisa berkembang semakin parah, seperti:

Bagaimana Penularannya?

Penyakit HIV dapat ditularkan melalui pertukaran berbagai cairan tubuh dari orang yang terinfeksi, contohnya seperti:

  • Darah,
  • ASI,
  • Air mani, dan 
  • Cairan vagina.

HIV juga bisa terjadi penularan dari ibu ke anaknya selama masa kehamilan dan persalinan. Bukan hanya itu saja, ada berbagai jarum suntik yang terkontaminasi, alat suntik dan transfusi darah juga bisa menularkan HIV.

Bagaimana Cara Pencegahan Penularannya?

Infeksi HIV bisa dikurangi dengan cara pertahankan perilaku aman, seperti melakukan perilaku seks berisiko dan menggunakan narkoba. Jika bertemu ODHA, bersikap wajar dan jangan mendiskriminasi atau memberikan cap negatif, namun beri dukungan dan jika berinteraksi dengan ODHA, tidak perlu takut tertular.

Hal yang perlu Anda ketahui, bahwa virus HIV tidak akan menular melalui:

  • Sentuhan,
  • Keringat, dan
  • Berbagi makanan.

Kesimpulan

HIV hanya menular melalui cairan kelamin dan darah. Upaya dalam pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS bertujuan dalam mewujudkan target Three Zero pada 2030, antara lain tidak ada lagi penularan infeksi baru HIV, tidak ada lagi kematian akibat AIDS, dan tidak ada lagi stigma dan diskriminasi kepada orang yang menderita virus HIV.

Semoga bisa bermanfaat pada artikel kali ini dan terima kasih sudah membacanya sampai selesai, jangan lupa untuk membaca artikel kami yang lainnya. Bila mana memiliki pertanyaan, bisa melalui kolom komentar yang tersedia dibawah.

Apa Itu Hemoroid? Yuk Cari Tahu Penjelasannya!

Apa Itu Hemoroid? Yuk Cari Tahu Penjelasannya! 2251 2250 Yudha Pratama

Apa itu hemoroid? Wasir atau hemoroid adalah pembengkakan atau pembesaran pada pembuluh darah di bagian akhir usus besar (rektum) dan anus. Wasir dapat terjadi di segala usia, tetapi lebih sering dialami oleh orang usia 50 tahun atau lebih.

Pada Wasir internal biasanya timbul bersama perdarahan rektum tanpa rasa nyeri, sedangkan wasir eksternal bisa menunjukkan beberapa gejala atau jika terkena trombosis akan ada nyeri signifikan dan pembengkakan di area anus.

Ada banyak sekali secara keliru menganggap semua gejala yang muncul di sekitar area anus dan rektum sebagai “wasir”. Penyebab wasir yang sebenarnya masih belum diketahui, sejumlah faktor yang meningkatkan tekanan intra-abdomen, khususnya konstipasi.

Apa Saja Gejalanya?

  1. Rasa gatal atau sakit di sekitar anus,
  2. Benjolan keras di sekitar anus yang terasa perih,
  3. Perdarahan dari anus setelah buang air besar, dan
  4. Keluarnya lendir setelah BAB.

Apa Saja Penyebabnya?

  1. Terlalu mengejan saat buang air besar,
  2. Diare kronis atau konstipasi,
  3. Kehamilan,
  4. Obesitas atau kelebihan berat badan,
  5. Duduk di toilet terlalu lama,
  6. Terlalu banyak minum kafein,
  7. Hubungan intim secara anal,
  8. Diet yang rendah serat tapi tinggi lemak,
  9. Pekerjaan yang mengharuskan seseorang untuk duduk atau berdiri dalam waktu lama,
  10. Hilangnya kemampuan otot panggul sering terjadi karena pertambahan usia,
  11. Gaya hidup yang jarang bergerak,
  12. Mengidap penyakit hati atau penyakit jantung,
  13. Infeksi di daerah anus, dan
  14. Genetik.

Apa Saja Faktornya?

Apa itu hemoroid?

Ada beberapa faktor risiko yang harus sobat FAST ketahui, seperti:

  • Penuaan.
  • Lemahnya dinding pembuluh darah.
  • Wanita Hamil.
  • Konstipasi.
  • Konsumsi makanan rendah serat.
  • Peningkatan tekanan intra abdomen.
  • Batuk kronik.
  • Sering mengedan.
  • Penggunaan toilet yang berlama-lama (misal: duduk dalam waktu yang lama di toilet).

Cara Pencegahan dan Pengobatannya?

Sobat FAST harus mengetahui, bahwa “wasir” harus segera ditangani agar tidak membengkak, pecah, atau terpelintir. Pengobatan bisa dilakukan dengan cara:

  • Mengkonsumsi obat pelancar BAB.
  • Menerapkan pola makan yang sehat dan menambah asupan serat.
  • Menggunakan salep wasir.
  • Menjalani operasi pengangkatan wasir.

Dalam menghindari terjadinya wasir, langkah yang bisa dilakukan yaitu dengan mengkonsumsi makanan kaya serat, banyak minum air putih, dan rutin berolahraga. Kemudian, hindari juga kebiasaan yang bisa memicu wasir, seperti duduk terlalu lama, menunda BAB.