Blog

Apakah Hepatitis C Berbahaya? || Seperti Apa Gejalanya?

Apakah Hepatitis C Berbahaya? || Seperti Apa Gejalanya? 2251 2251 Yudha Pratama

Hello Sobat FAST! Tahukah Anda soal Hepatitis C? Sebelumnya kita pernah membahas tentang Hepatitis, keduanya sama-sama virus yang menular dan bisa menyebabkan kematian. Sebelumnya Sobat FAST sudah pernah mencari tahu soal virus hepatitis c?

Hepatitis memiliki beberapa jenis, tetapi yang paling umum terjadi adalah hepatitis yang disebabkan oleh virus (viral hepatitis). Hepatitis akibat virus ini dibagi lagi menjadi lima, salah satunya hepatitis C.

Secara global, diperkirakan 58 juta orang memiliki infeksi virus hepatitis C kronis, dengan sekitar 1,5 juta infeksi baru terjadi per tahun. WHO memperkirakan pada tahun 2019, sekitar 290.000 orang meninggal karena hepatitis C, sebagian besar karena sirosis dan karsinoma hepatoseluler (kanker hati primer).

Overview

Virus Hepatitis C menyebabkan infeksi akut dan kronis. Infeksi Hepatitis C akut biasanya tidak menunjukkan gejala dan sebagian besar tidak menyebabkan penyakit yang mengancam jiwa. 

Sekitar 30% (15-45%) dari orang yang terinfeksi secara spontan membersihkan virus dalam waktu 6 bulan setelah infeksi tanpa pengobatan apapun. Sisanya 70% (55-85%) orang akan mengembangkan infeksi HCV kronis.

Distribusi Geografis

Informasi dari WHO hepatitis C terjadi di Wilayah Mediterania Timur dan Eropa, dengan 12 juta orang terinfeksi kronis. Kemudian untuk Asia Tenggara dan Pasifik Barat, diperkirakan 10 juta orang terinfeksi kronis dan 9 juta orang terinfeksi kronis di Afrika dan 5 juta di Amerika.

Penularan

Virus Hepatitis C paling sering ditularkan melalui:

  • Sterilisasi peralatan medis yang tidak memadai, terutama alat suntik dan jarum suntik di fasilitas perawatan kesehatan,
  • Transfusi darah dan produk darah yang tidak disaring, dan
  • Penggunaan narkoba suntik melalui berbagi peralatan injeksi.

Virus ini dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi ke bayinya dan melalui praktik seksual yang menyebabkan pajanan darah (misalnya, orang dengan banyak pasangan seksual dan di antara laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki).

Hepatitis C tidak menyebar melalui ASI, makanan, air atau kontak biasa seperti berpelukan, berciuman dan berbagi makanan atau minuman dengan orang yang terinfeksi.

Gejala

Mereka yang bergejala akut mungkin menunjukkan demam, kelelahan, nafsu makan berkurang, mual, muntah, sakit perut, urin berwarna gelap, tinja pucat, nyeri sendi dan penyakit kuning (kulit dan bagian putih mata menguning).

Hepatitis C

Pengujian & Diagnosis Hepatitis C

Infeksi Virus Hepatitis C biasanya tidak terlihat gejalanya, pada orang-orang yang terus mengembangkan infeksi VHC, sering tidak terdiagnosis karena tetap asimtomatik sampai beberapa dekade setelah infeksi ketika gejala berkembang sekunder akibat kerusakan hati yang serius.

Infeksi HCV didiagnosis dalam 2 langkah:

  1. Pengujian antibodi VHC dengan tes serologis.
  2. Jika tes positif untuk antibodi anti-VHC, tes asam nukleat untuk asam ribonukleat (RNA) VHC diperlukan untuk mengkonfirmasi infeksi kronis sekitar 30% orang yang terinfeksi hepatitis C secara spontan membersihkan infeksi dengan respon imun yang kuat tanpa perlu perlakuan.

Setelah seseorang didiagnosis dengan infeksi HCV kronis, penilaian harus dilakukan untuk menentukan tingkat kerusakan hati (fibrosis dan sirosis). Ini dapat dilakukan dengan biopsi hati atau melalui berbagai tes non-invasif. 

Diagnosis dini dapat mencegah masalah kesehatan yang mungkin timbul akibat infeksi dan mencegah penularan virus. WHO telah memberikan rekomendasi untuk menguji orang-orang yang mungkin berada pada peningkatan risiko infeksi.

Dalam rangkaian seroprevalensi antibodi VHC didefinisikan sebagai seroprevalensi antibodi VHC >2% atau >5%), WHO merekomendasikan agar semua orang dewasa memiliki akses dan ditawarkan pengujian VHC yang terkait dengan layanan pencegahan, perawatan dan pengobatan.

Sekitar 2,3 juta orang (6,2%) dari perkiraan 37,7 juta orang yang hidup dengan HIV secara global memiliki bukti serologis infeksi HCV di masa lalu atau saat ini. Penyakit hati kronis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di antara orang yang hidup dengan HIV secara global.

Treatment

Infeksi baru dengan virus hepatitis C tidak selalu memerlukan pengobatan, karena respon imun pada beberapa orang akan menghilangkan infeksi. Namun, ketika infeksi virus menjadi kronis, pengobatan diperlukan.

Informasi dari WHO  telah merekomendasikan terapi dengan pan-genotypic direct-acting antivirus (DAA) untuk orang di atas usia 12 tahun. DAA dapat menyembuhkan sebagian besar orang dengan infeksi VHC, dan durasi pengobatannya singkat (biasanya 12 hingga 24 minggu)..

Dari 58 juta orang yang hidup dengan infeksi VHC secara global pada tahun 2019, diperkirakan 21% (15,2 juta) mengetahui diagnosis mereka, dan dari mereka yang didiagnosis dengan infeksi HCV kronis, sekitar 62% (9,4 juta) orang telah diobati dengan DAA pada akhirnya. tahun 2019.

Pencegahan Hepatitis C

Tidak ada vaksin yang efektif melawan hepatitis C, sehingga pencegahan tergantung pada pengurangan risiko pajanan virus dalam perawatan kesehatan. Bagi pengguna napza suntik dan laki-laki yang berhubungan seks sesama jenis atau mereka yang terinfeksi HIV.

Intervensi pencegahan primer yang direkomendasikan oleh WHO meliputi:

  • Penggunaan suntikan perawatan kesehatan yang aman dan tepat,
  • Penanganan dan pembuangan benda tajam dan limbah yang aman,
  • Penyediaan layanan pengurangan dampak buruk yang komprehensif bagi pengguna napza suntik,
  • Pengujian darah yang disumbangkan untuk VHB dan VHC (serta HIV dan sifilis), pelatihan tenaga kesehatan, dan
  • Pencegahan paparan darah saat berhubungan seks.

Terkena Hepatitis C, Kapan Harus Ke Dokter ?

Ketika Anda atau keluarga Anda memiliki tanda dan gejala di atas, segeralah berbicara dengan dokter agar mendapat penanganan yang tepat. Anda juga dapat langsung memeriksakan diri pada dokter dengan buat janji di rumah sakit atau cek aplikasi FASTLab

Cukup dengan download aplikasi FASTLab di Apps Store dan Google Play, kemudahan dalam akses kesehatan hanya dengan menggunakan smartphone di tangan!

Apakah Virus Hepatitis B Berbahaya? || Kapan Harus Ke Dokter?

Apakah Virus Hepatitis B Berbahaya? || Kapan Harus Ke Dokter? 2251 2251 Yudha Pratama

Hello Sobat FAST! Tahukah Anda soal Virus Hepatitis B? Sebelumnya kita sudah pernah membahas soal Hepatitis A, salah satu virus yang bisa menular. Adanya gejala peradangan pada organ hati yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis A. 

Virus Hepatitis B (VHB) merupakan masalah besar di Indonesia karena prevalensinya tinggi dan risiko komplikasi-komplikasinya. VHB biasanya terjadi melalui penularan ibu hamil & anak. 

Penderita Virus Hepatitis B ditemukan secara tidak sengaja pada saat test kesehatan, screening transfusi darah, atau pada saat cek up kesehatan untuk bekerja. Infeksi VHB dapat menyebabkan hepatitis akut, fulminan (berat), dan hepatitis kronis yang bisa berlanjut menjadi sirosis hati dan kanker hati. 

Kasus VHB akut tidak terlalu sering dijumpai dalam praktek dokter sehari-hari. Berbeda dengan kasus hepatitis A yang banyak dijumpai pada “musim” dan saat-saat ini, karena mudahnya penularan melalui makanan dan minuman yang tercemar virus hepatitis A.

Apa Itu Hepatitis B?

Menurut informasi yang didapat dari WHO tentang VHB adalah virus yang menyerang hati dan bisa menyebabkan penyakit kronis. Penularan VHB dari ibu ke anak selama kelahiran dan persalinan, serta melalui kontak saat berhubungan seks dengan pasangan yang terinfeksi.

Data dari WHO pada 2 Juni 2022, diperkirakan sekitar 296 juta orang hidup dengan infeksi VHB kronis di tahun 2019, dengan 1,5 juta infeksi baru setiap tahunnya. Pada tahun 2019, hepatitis B diperkirakan menyebabkan 820.000 kematian, sebagian besar disebabkan oleh sirosis dan karsinoma hepatoseluler (kanker hati primer).

Hepatitis B dapat dicegah dengan vaksin yang aman, tersedia dan efektif. Anda tidak perlu khawatir soal dimana tempat Vaksin yang aman, FASTLab telah menyediakan layanan Vaksinasi untuk mengatasi virus VHB.

Penularan

Virus VHB bisa menyebar melalui luka tusuk jarum, tato, tindik dan paparan darah dan cairan tubuh yang terinfeksi, seperti air liur dan cairan menstruasi, vagina dan mani. Penularan seksual lebih sering terjadi pada orang yang tidak divaksinasi dengan banyak pasangan seksual.

Infeksi hepatitis B yang didapat pada masa dewasa menyebabkan hepatitis kronis pada kurang dari 5% kasus, sedangkan infeksi pada masa bayi dan anak usia dini menyebabkan hepatitis kronis pada sekitar 95% kasus.

Hepatitis B dapat bertahan hidup di luar tubuh setidaknya selama 7 hari. Virus ini masih bisa menyebabkan infeksi jika masuk ke tubuh orang yang belum vaksin. Masa inkubasi virus hepatitis B berkisar antara 30 hingga 180 hari.

Hepatitis B

Gejala

Ada banyak sekali orang tidak mengalami gejala apapun saat baru terinfeksi. Namun, beberapa orang memiliki penyakit akut dengan gejala yang berlangsung beberapa minggu, termasuk menguningnya kulit dan mata, urin gelap, kelelahan ekstrim, mual, muntah dan sakit perut. 

Orang dengan hepatitis akut dapat mengalami gagal hati yang dapat menyebabkan kematian, sebagian orang mengembangkan penyakit hati lanjut seperti sirosis dan karsinoma hepatoseluler, yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi.

Koinfeksi HBV-HIV

Ada sekitar 1% orang yang hidup dengan infeksi VHB (2,7 juta orang) juga terinfeksi HIV. Sebaliknya, prevalensi global infeksi HBV pada orang yang terinfeksi HIV adalah 7,4%. Sejak 2015, 

Menurut informasi yang didapat dari WHO yaitu merekomendasikan pengobatan untuk semua orang yang didiagnosis dengan infeksi HIV. Tenofovir, yang termasuk dalam kombinasi pengobatan yang direkomendasikan sebagai terapi lini pertama untuk infeksi HIV, juga aktif melawan VHB.

Diagnosa

Tes darah tersedia untuk mendiagnosis dan memantau orang dengan hepatitis B, digunakan untuk membedakan infeksi akut dan kronis. WHO merekomendasikan agar semua donor darah diuji hepatitis B untuk memastikan keamanan darah dan menghindari penularan.

Pada tahun 2019, ada sekitar 30,4 juta orang (10,5% dari semua orang yang diperkirakan hidup dengan hepatitis B) menyadari infeksi mereka, sementara 6,6 juta (22%) orang yang didiagnosis sedang dalam pengobatan. 

Menurut perkiraan WHO terbaru, proporsi anak di bawah lima tahun yang terinfeksi HBV secara kronis turun menjadi hanya di bawah 1% pada tahun 2019 turun dari sekitar 5% pada era pra-vaksin mulai dari tahun 1980-an hingga awal 2000-an.

Treatment

Apakah ada pengobatan khusus untuk hepatitis B akut? Jawabannya yaitu tidak ada. Oleh karena itu, perawatan ditujukan untuk menjaga kenyamanan dan keseimbangan nutrisi yang memadai, lalu hindari juga obat-obatan yang tidak perlu seperti Asetaminofen, parasetamol, dan obat anti muntah harus dihindari.

Infeksi hepatitis B kronis dapat diobati dengan obat-obatan, termasuk agen antivirus oral. Pengobatan dapat memperlambat perkembangan sirosis, mengurangi kejadian kanker hati dan meningkatkan kelangsungan hidup jangka panjang. 

WHO merekomendasikan penggunaan pengobatan oral (tenofovir atau entecavir) sebagai obat yang paling ampuh untuk menekan virus hepatitis B. Kebanyakan orang yang memulai pengobatan hepatitis B harus melanjutkannya seumur hidup.

Pencegahan

WHO merekomendasikan agar semua bayi menerima vaksin hepatitis B sesegera mungkin setelah lahir, sebaiknya dalam waktu 24 jam, diikuti dengan 2 atau 3 dosis vaksin VHB dengan jarak minimal 4 minggu untuk menyelesaikan rangkaian vaksinasi. 

Perlindungan berlangsung setidaknya 20 tahun dan mungkin seumur hidup. WHO tidak merekomendasikan vaksinasi booster untuk orang yang telah menyelesaikan jadwal vaksinasi 3-dosis.

WHO telah merekomendasikan penggunaan profilaksis antivirus untuk pencegahan penularan hepatitis B dari ibu ke anak. Penerapan strategi keamanan darah dan praktik seks yang lebih aman, termasuk meminimalkan jumlah pasangan dan menggunakan alat pelindung diri (kondom), juga melindungi dari penularan.

Kapan Harus Ke Dokter?

Anda bisa segera periksa diri di rumah sakit atau FASTLab untuk mendapatkan langkah perawatan jika:

  • Berpikir mungkin telah terpapar virus. Perawatan dapat membantu mencegah infeksi jika diberikan dalam beberapa hari setelah terpapar.
  • Memiliki gejala yang berhubungan dengan hepatitis B.
  • Kamu adalah kelompok berisiko tinggi.

Selain melakukan vaksinasi dan langkah perawatan, Anda juga bisa mengonsumsi suplemen guna menunjang kesehatan tubuh secara menyeluruh. Download FASTLab segera dan cek kebutuhan suplemen di Toko Kesehatan pada aplikasi kami.

Apakah Virus Hepatitis A Berbahaya? || Bisa Disembuhkan?

Apakah Virus Hepatitis A Berbahaya? || Bisa Disembuhkan? 2251 2251 Yudha Pratama

Hello Sobat FAST! Tahukah Anda soal Virus Hepatitis A? Salah satu penyakit yang bisa dikatakan menular. Setelah Indonesia bisa perlahan melewati masa-masa Covid-19. Namun kali ini ada penyakit Hepatitis. 

Apa yang terlintas di benak Anda ketika mendengar penyakit atau virus hepatitis? Hepatitis merupakan penyakit peradangan pada organ hati, jika dibiarkan bisa memicu terjadinya kanker hati. Parah atau tidaknya penyakit Hepatitis hingga bisa terkategori akut atau kronis tergantung pada jenisnya.

Pada artikel kali ini kita akan membahas Hepatitis A terlebih dahulu. Berikut penjelasannya mengenai “Apa Itu Hepatitis A & Apakah Bisa Disembuhkan?”. Mari disimak bersama-sama!

Apa Itu Hepatitis A?

Gambar Hepatitis A

Menurut artikel dari WHO yang terbit pada 2 Juni 2022, bahwa VHA adalah peradangan hati yang dapat menyebabkan penyakit ringan hingga berat. VHA menular melalui makanan dan air yang terkontaminasi atau melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi.

Virus VHA untuk kabar baiknya yaitu bisa pulih sepenuhnya dengan kekebalan seumur hidup, tetapi untuk kabar buruknya dari sebagian kecil orang yang terinfeksi virus VHA bisa meninggal karena hepatitis fulminan. 

Risiko infeksi virus hepatitis A telah dikaitkan dengan kurangnya air bersih, sanitasi dan kebersihan yang buruk. Salah satu contohnya seperti tangan yang terkontaminasi dan kotor. Cara untuk mencegah tertular dari virus VHA yaitu dengan vaksin yang aman dan efektif untuk mencegah VHA.

Virus ini terutama menyebar ketika orang yang tidak terinfeksi dan tidak divaksinasi menelan makanan atau air yang terkontaminasi dengan kotoran orang yang terinfeksi. Virus ini erat dengan air atau makanan yang tidak aman, sanitasi yang tidak memadai, kebersihan pribadi yang buruk dan hubungan seks oral-anal.

Hepatitis A tidak seperti hepatitis B dan C, karena VHA tidak menyebabkan penyakit hati kronis tetapi dapat menyebabkan gejala yang melemahkan dan jarang hepatitis fulminan (gagal hati akut), yang seringkali berakibat fatal. 

Informasi data yang didapatkan dari WHO diperkirakan, bahwa di tahun 2016 ada sekitar 7134 orang meninggal karena VHA di seluruh dunia (menyumbang 0,5% dari kematian akibat virus hepatitis).

Epidemi yang berhubungan dengan makanan atau air yang terkontaminasi dapat meletus secara eksplosif, seperti contohnya epidemi di Shanghai yang terjadi di tahun 1988, telah mempengaruhi sekitar 300.000 orang.

Distribusi Geografis

Gambar Distribusi Geografis

Wilayah sebaran geografis dapat dicirikan memiliki tingkat infeksi virus hepatitis A yang tinggi, sedang, atau rendah. Namun, infeksi tidak selalu berarti penyakit karena anak kecil yang terinfeksi tidak mengalami gejala yang nyata.

Menurut informasi yang didapatkan dari WHO, bahwa infeksi umum terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah dengan kondisi sanitasi dan praktik higienis yang buruk, dan sebagian besar anak (90%) telah terinfeksi virus VHA sebelum usia 10 tahun, paling sering tanpa gejala. 

Tingkat infeksi rendah di negara yang memiliki penghasilan tinggi dengan kondisi sanitasi dan higienis yang baik. Penyakit dapat terjadi di kalangan remaja dan orang dewasa dalam kelompok berisiko tinggi, seperti Penasun, Pria yang Berhubungan Seks Dengan Laki-Laki.

Pada negara adidaya Amerika Serikat dilaporkan, bahwa wabah tersebar di antara orang-orang yang mengalami tunawisma. Di negara-negara berpenghasilan menengah dan wilayah di mana kondisi sanitasi bervariasi, pada masa kanak-kanak dan mencapai usia dewasa tanpa kekebalan.

Penularan

Gambar Penularan Hepatitis A

Virus VHA menular melalui rute fekal-oral yaitu ketika orang yang tidak terinfeksi menelan makanan atau minum air dari orang yang telah terkontaminasi dengan kotoran orang yang terinfeksi. 

Penularan biasanya terjadi pada keluarga, ini mungkin terjadi meskipun tangan kotor ketika orang yang terinfeksi menyiapkan makanan untuk anggota keluarga. Wabah yang ditularkan melalui air, biasanya berhubungan dengan air yang tidak diolah dengan baik.

Penyakit ini bisa menular melalui kontak fisik yang dekat (seperti seks oral-anal) dengan orang yang menularkan, meskipun kontak biasa di antara orang-orang tidak menyebarkan virus.

Gejala

Gambar Gejala Hepatitis A

Gejala virus hepatitis A masa inkubasinya terjadi sekitar 14-28 hari, tanda-tanda dari gejalanya seperti  demam, malaise, kehilangan nafsu makan, diare, mual, ketidaknyamanan perut, urin berwarna gelap, dan penyakit kuning. 

Biasanya untuk orang-orang dewasa memiliki tanda dan gejala penyakit lebih sering daripada anak-anak. Bagi anak-anak yang terinfeksi di bawah usia 6 tahun biasanya tidak mengalami gejala yang nyata, dan hanya 10% yang mengalami penyakit kuning.

Siapa Yang Beresiko?

Gambar Berisiko penularan VHA

Pasti Anda bertanya-tanya, siapa yang paling berisiko terkena VHA. Penyakit ini akan menular kepada seseorang yang belum melakukan vaksinasi atau sebelumnya terinfeksi dapat terinfeksi virus VHA. Berikut beberapa faktor yang berisiko terkena hepatitis A :

  1. Sanitasi yang buruk,
  2. Kurangnya air bersih,
  3. Tinggal serumah dengan orang yang terinfeksi,
  4. Menjadi pasangan seksual seseorang dengan infeksi hepatitis A akut,
  5. Penggunaan obat-obatan rekreasional,
  6. Seks antara laki-laki, dan
  7. Bepergian ke daerah endemisitas tinggi tanpa diimunisasi.

Diagnosa

Gambar Diagnosa

Pada kasus penyakit hepatitis A tidak dapat kita bedakan secara klinis. Jenis hepatitis ini termasuk virus akut, diagnosis spesifik dibuat dengan mendeteksi antibodi imunoglobulin G (IgM) spesifik HAV dalam darah. Tes tambahan termasuk reverse transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR) untuk mendeteksi RNA virus VHA dan mungkin memerlukan fasilitas laboratorium khusus.

Treatment

Gambar Treatment

Penyakit hepatitis A tidak memiliki pengobatan khusus, untuk pemulihan dari gejala setelah infeksi mungkin lambat dan bisa memakan waktu beberapa minggu atau bulan. Obat-obatan yang perlu dihindari seperti Asetaminofen, parasetamol, dan obat anti muntah harus dihindari.

Ketika Anda tertular VHA, untuk proses penyembuhan tidak perlu melakukan rawat inap, jika tidak ada gagal hati akut. Terapi ditujukan untuk menjaga kenyamanan dan keseimbangan nutrisi yang adekuat, termasuk penggantian cairan yang hilang akibat muntah dan diare.

Pencegahan

Gambar Pencegahan Penularan Hepatitis A

Perbaikan sanitasi, keamanan pangan dan imunisasi adalah cara paling efektif untuk memerangi VHA. Penyebaran virus ini dapat dikurangi dengan:

  • Pasokan air minum yang aman memadai,
  • Pembuangan limbah yang tepat dalam masyarakat, dan
  • Mencuci tangan secara teratur sebelum makan dan setelah pergi ke kamar mandi.

Beberapa vaksin hepatitis A telah tersedia secara internasional. Semua memberikan perlindungan serupa dari virus dan memiliki efek samping yang se-banding. Tidak ada vaksin yang dilisensikan untuk anak-anak di bawah usia 1 tahun.

Kesimpulan Hepatitis A

Dapat kita simpulkan dari pembahasan diatas soal hepatitis A termasuk kategori penyakit yang bisa disembuhkan, tapi jika sudah sampai akut bisa menyebabkan kematian. Penularan terbesar biasa terjadi pada usia lanjut dan cara mencegah agar tidak tertular yaitu dengan selalu menjaga kebersihan dan imun kesehatan tubuh. 

Sekian pembahasan soal penyakit hepatitis A, jika Anda ingin mengetahui juga soal hepatitis B, yuk baca artikel tentang Hepatitis B juga.

Apa itu penyakit Gerd? Temukan jawabannya.

Apa itu penyakit Gerd? Temukan jawabannya. 2251 2251 Yudha Pratama

Apa itu penyakit gerd? Sudah tahukah kamu soal penyakit gerd itu apa? Jadi Sobat Fast! Ada banyak orang pernah mengalami refluks asam dari waktu ke waktu, yaitu terjadi ketika asam lambung mengalir kembali ke kerongkongan. Penyebabnya bisa karena dipicu oleh kebiasaan makan yang tidak baik, seperti mengonsumsi terlalu banyak makanan atau langsung berbaring setelah makan.

Refluks asam yang sering terjadi bisa menandakan penyakit gastroesophageal reflux (GERD). Bagi pengidap GERD, harus lebih memperhatikan lagi jenis makanan yang dikonsumsi penting untuk mencegah refluks asam. Pasalnya, refluks asam bisa mengiritasi lapisan kerongkongan. Bila hal itu sering kali terjadi, pengidap berisiko mengalami kondisi kesehatan serius, seperti kerongkongan Barrett dan kanker kerongkongan. 

Maka dari itu, bagi pengidap GERD dianjurkan untuk lebih peduli dalam memilah-milih makanan yang bisa memicu asam lambung naik kembali. Salah satunya seperti makanan bersantan. Terutama untuk Anda yang merayakan hari raya Idul Fitri atau Idul Adha, kurang nikmat rasanya jika tidak menyantap Opor Ayam. Namun dibalik dari kenikmatan menyantap Opor Ayam, jika makannya terlalu berlebihan mungkin bagi yang memiliki pengidap GERD  akan berbahaya. Maka dari itu, mari kita bahas kenapa sih makan Opor Ayam itu jangan terlalu berlebihan, bagi pengidap penyakit GERD.

Apa itu Penyakit GERD lebih detail?

Penyakit Refluks Gastroesofagus atau bisa juga disebut Penyakit GERD yaitu penyakit soal pencernaan seperti asam lambung atau empedu mengiritasi lapisan dalam saluran makanan. Ini adalah penyakit kronis yang terjadi ketika asam lambung atau empedu mengalir ke saluran makanan dan mengiritasi dinding dalamnya. Ketika asam lambung naik lebih dari dua kali seminggu dapat mengindikasikan GERD.

Efek dari penyakit GERD ini untuk gejalanya yaitu merasakan nyeri panas pada bagian dada yang biasanya terjadi setelah makan-makanan bersantan dan akan memburuk ketika berbaring. Anda bisa melakukan perubahan gaya hidup dan obat yang tersedia bebas biasanya bersifat sementara.

Penyakit GERD & Santan

Apa itu penyakit gerd?

Tahukah Anda, bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia gemar mengonsumsi makanan bersantan, salah satu contohnya yaitu makanan opor ayam. Pada santan memang bisa memberikan rasa gurih yang bisa menambah kelezatan makanan.

Ketika Anda mengkonsumsi dalam jumlah yang tepat, santan bisa bermanfaat untuk kesehatan tubuh, karena pada produk kelapa tersebut mengandung banyak nutrisi baik, mulai dari kalori, lemak, protein, serat, karbohidrat,  vitamin, mineral, sampai omega-3 dan omega-6 yang semuanya bagus untuk kesehatan tubuh. Lalu santan juga sering digunakan sebagai pengganti susu karena jarang menimbulkan reaksi alergi.

Walaupun begitu, makanan bersantan salah satu jenis makanan yang perlu dihindari oleh pengidap GERD, karena santan memiliki kandungan lemak jenuh yang tinggi. Secangkir santan bisa mengandung hingga 40 gram lemak jenuh.

Bagi para pengidap GERD telah dianjurkan untuk menghindari makanan yang mengandung lemak. karena lemak membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mencerna di dalam lambung. Maka dari itu, penyebabnya lambung akan memproduksi asam lambung lebih banyak, sehingga bisa menyebabkan refluks asam.

Jadi Anda harus mampu membatasi makanan-makanan bersantan bagi pengidap GERD. Makanan yang mengandung santan selain bisa memperparah gejala penyakit, ketika Anda mengonsumsinya secara berlebihan akan meningkatkan kadar lemak dan kolesterol di dalam tubuh. Pada kedua hal tersebut telah dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung.

Pola Makan Sehat Untuk Pengidap Penyakit GERD

Gambar Makanan Sehat

Bagi Anda yang suka dengan makanan bersantan, ada baiknya utnuk perbanyak konsumsi makan-makanan sehat yang bisa mencegah kambuhnya gejala GERD. Contohnya, seperti makanan berserat. Makanan berserat yang kaya akan serat, seperti sayuran hijau dan biji-bijian utuh, bisa membuat Anda merasa kenyang. Karena itu, Anda cenderung tidak mengonsumsi makanan secara berlebihan yang bisa memicu GERD.

Bukan hanya makanan berserat, tapi makanan yang mengandung alkali juga baik untuk dikonsumsi pengidap GERD. Hal itu karena jenis makanan tersebut memiliki  pH lebih tinggi yang bersifat basa, sehingga bisa membantu mengimbangi asam lambung yang kuat. Contoh makanan beralkali, yaitu buah pisang, melon, sayuran kembang kol, dan kacang. 

Beberapa makanan yang telah mengandung banyak air, seperti semangka, timun, selada, dan seledri, bisa mencarikan dan melemahkan asam lambung.

Lalu Anda pun tidak hanya memperhatikan jenis makanan yang akan dikonsumsi, Anda juga perlu menerapkan kebiasaan makan yang baik. Makanlah secara perlahan dan kunyah dengan saksama. Setelah makan, jangan langsung berbaring. Anda bisa menunggu setidaknya selama tiga jam setelah makan bila Anda ingin berbaring atau tidur.

Kesimpulan mengenai Apa itu penyakit Gerd?

Bagaimana Sobat Fast! Dari penjelasan diatas sudah paham ya, kalau makan opor ayam terlalu berlebihan, itu berbahaya bagi pengidap GERD. Bahayanya itu karena memang di makanan Opor Ayam tercampur dengan santan, sementara pengidap GERD harus menghindari makanan bersantan. Bila Anda mengalami gejala GERD yang parah atau sering, segera temui dokter untuk mendapatkan pengobatan. Jangan lupa untuk sering melakukan medical check-up di FASTLab. Terima kasih Sobat Fastlab, sudah membaca artikel ini dan jangan lupa untuk membaca artikel kita yang lainnya.