Daily Archives :

Wednesday, June 29, 2022

Medical Check-up (MCU) Apa Itu? || Berikut 5 Alasan Penting

Medical Check-up (MCU) Apa Itu? || Berikut 5 Alasan Penting 2251 2251 Yudha Pratama

Hello Sobat Fast! Untuk Anda yang masih muda dan tidak pernah sakit, kemudian Anda telah menyimpulkan merasa sehat-sehat saja. Justru karena masih muda itulah Anda harus mengetahui kondisi medis. Merasa sehat dan tidak pernah sakit bukan berarti Anda benar-benar sehat.

Ada banyak sekali yang harus Anda periksa ketika medical check-up (MCU), seperti gula darah, tekanan darah, kolesterol, jantung, mata, kulit, telinga, gigi, tulang dan lainnya. Ini sangat penting dan perlu dilakukan secara berkala.

Jika Anda masih cukup ragu untuk melakukan Medical Check-up, kita akan bahas beberapa alasan yang dapat menjadi bahan pertimbangan Anda dalam mendengarkan isyarat yang telah diberikan oleh tubuh Anda :

1. Deteksi Penyakit Sejak Dini

Pada pemeriksaan kesehatan yang dilakukan secara rutin memungkinkan dokter untuk mengetahui tanda-tanda penyakit yang mungkin tidak diketahui oleh pasien. Karena pemeriksaan rutin, dokter dapat mendiagnosis kondisi yang berpotensi parah atau mengancam jiwa.

Selain memeriksa tingkat kesehatan, medical check-up (MCU)merupakan langkah antisipasi yang efektif dalam mendeteksi kemungkinan adanya penyakit serius dalam tubuh dan risiko-risikonya.

MCU

2. Mencegah Penyakit Untuk Berlanjut

Ketika Anda sering melakukan medical check-up (MCU), Anda akan mengetahui gejala yang sedang Anda alami, kemudian Anda bisa mencegah penyakit tersebut, agar tidak berlanjut ke tahap yang lebih serius.

Pada beberapa penyakit yang mengancam jiwa dapat secara bertahap menumpuk di dalam tubuh bahkan sebelum gejala fisik muncul, dengan deteksi dini, Anda akan memiliki peluang lebih tinggi untuk mendapatkan perawatan yang tepat dengan segera.

3. Mendorong Kebiasaan Sehat Untuk Medical Check-up (MCU)

Ketika Anda sudah mengetahui kondisi tubuh dengan sering melakukan Medical Check-up (MCU), jadi Anda akan lebih peduli dalam merawat tubuh, tentunya Anda akan melakukan berbagai macam cara yang direkomendasikan oleh dokter dalam merawat tubuh Anda sendiri.

Dalam hal inilah yang pada akhirnya akan mendorong Anda untuk mengubah pola perilaku ke arah yang lebih sehat, seperti mengubah menu makanan, aktivitas olahraga atau fisik, serta mengendalikan stres dengan cara yang tepat.

Pada pemeriksaan kesehatan secara teratur, seseorang memiliki akses mendapatkan informasi penting yang bisa memantau kesehatan fisik, mental, dan emosional mereka sehingga mereka bisa mengambil tindakan dan membuat sebuah keputusan yang bijaksana untuk kesejahteraan mereka.

4. Medical Check-up Hemat Biaya

Ketika Anda mengeluarkan biaya untuk medical check-up (MCU) itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan biaya yang harus Anda bayarkan untuk menyembuhkan penyakit berat yang sudah tergolong parah. Itulah mengapa kita sangat perlu mengetahui kondisi kesehatannya sedini mungkin.

Jadi semakin awal Anda melakukan pemeriksaan kesehatan dan melakukan tindakan antisipasi, semakin kecil pula biaya yang perlu dikeluarkan nantinya. Seperti yang kita ketahui, perkembangan penyakit ke arah yang lebih berbahaya akan berpotensi pada perawatan medis jangka panjang yang sangat mahal.

5. Memiliki Rekam Medis Medical Check-up!

Kesimpulan Dari Medical Check-up (MCU)

Medical Checkup yang dilakukan secara rutin dapat menghasilkan catatan medis yang konsisten. Catatan ini dapat menjadi informasi penting tentang kondisi kesehatanmu dari waktu ke waktu sehingga analisa dan tindakan medis yang diambil dapat terukur dan akurat.

Apakah Hepatitis C Berbahaya? || Seperti Apa Gejalanya?

Apakah Hepatitis C Berbahaya? || Seperti Apa Gejalanya? 2251 2251 Yudha Pratama

Hello Sobat FAST! Tahukah Anda soal Hepatitis C? Sebelumnya kita pernah membahas tentang Hepatitis, keduanya sama-sama virus yang menular dan bisa menyebabkan kematian. Sebelumnya Sobat FAST sudah pernah mencari tahu soal virus hepatitis c?

Hepatitis memiliki beberapa jenis, tetapi yang paling umum terjadi adalah hepatitis yang disebabkan oleh virus (viral hepatitis). Hepatitis akibat virus ini dibagi lagi menjadi lima, salah satunya hepatitis C.

Secara global, diperkirakan 58 juta orang memiliki infeksi virus hepatitis C kronis, dengan sekitar 1,5 juta infeksi baru terjadi per tahun. WHO memperkirakan pada tahun 2019, sekitar 290.000 orang meninggal karena hepatitis C, sebagian besar karena sirosis dan karsinoma hepatoseluler (kanker hati primer).

Overview

Virus Hepatitis C menyebabkan infeksi akut dan kronis. Infeksi Hepatitis C akut biasanya tidak menunjukkan gejala dan sebagian besar tidak menyebabkan penyakit yang mengancam jiwa. 

Sekitar 30% (15-45%) dari orang yang terinfeksi secara spontan membersihkan virus dalam waktu 6 bulan setelah infeksi tanpa pengobatan apapun. Sisanya 70% (55-85%) orang akan mengembangkan infeksi HCV kronis.

Distribusi Geografis

Informasi dari WHO hepatitis C terjadi di Wilayah Mediterania Timur dan Eropa, dengan 12 juta orang terinfeksi kronis. Kemudian untuk Asia Tenggara dan Pasifik Barat, diperkirakan 10 juta orang terinfeksi kronis dan 9 juta orang terinfeksi kronis di Afrika dan 5 juta di Amerika.

Penularan

Virus Hepatitis C paling sering ditularkan melalui:

  • Sterilisasi peralatan medis yang tidak memadai, terutama alat suntik dan jarum suntik di fasilitas perawatan kesehatan,
  • Transfusi darah dan produk darah yang tidak disaring, dan
  • Penggunaan narkoba suntik melalui berbagi peralatan injeksi.

Virus ini dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi ke bayinya dan melalui praktik seksual yang menyebabkan pajanan darah (misalnya, orang dengan banyak pasangan seksual dan di antara laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki).

Hepatitis C tidak menyebar melalui ASI, makanan, air atau kontak biasa seperti berpelukan, berciuman dan berbagi makanan atau minuman dengan orang yang terinfeksi.

Gejala

Mereka yang bergejala akut mungkin menunjukkan demam, kelelahan, nafsu makan berkurang, mual, muntah, sakit perut, urin berwarna gelap, tinja pucat, nyeri sendi dan penyakit kuning (kulit dan bagian putih mata menguning).

Hepatitis C

Pengujian & Diagnosis Hepatitis C

Infeksi Virus Hepatitis C biasanya tidak terlihat gejalanya, pada orang-orang yang terus mengembangkan infeksi VHC, sering tidak terdiagnosis karena tetap asimtomatik sampai beberapa dekade setelah infeksi ketika gejala berkembang sekunder akibat kerusakan hati yang serius.

Infeksi HCV didiagnosis dalam 2 langkah:

  1. Pengujian antibodi VHC dengan tes serologis.
  2. Jika tes positif untuk antibodi anti-VHC, tes asam nukleat untuk asam ribonukleat (RNA) VHC diperlukan untuk mengkonfirmasi infeksi kronis sekitar 30% orang yang terinfeksi hepatitis C secara spontan membersihkan infeksi dengan respon imun yang kuat tanpa perlu perlakuan.

Setelah seseorang didiagnosis dengan infeksi HCV kronis, penilaian harus dilakukan untuk menentukan tingkat kerusakan hati (fibrosis dan sirosis). Ini dapat dilakukan dengan biopsi hati atau melalui berbagai tes non-invasif. 

Diagnosis dini dapat mencegah masalah kesehatan yang mungkin timbul akibat infeksi dan mencegah penularan virus. WHO telah memberikan rekomendasi untuk menguji orang-orang yang mungkin berada pada peningkatan risiko infeksi.

Dalam rangkaian seroprevalensi antibodi VHC didefinisikan sebagai seroprevalensi antibodi VHC >2% atau >5%), WHO merekomendasikan agar semua orang dewasa memiliki akses dan ditawarkan pengujian VHC yang terkait dengan layanan pencegahan, perawatan dan pengobatan.

Sekitar 2,3 juta orang (6,2%) dari perkiraan 37,7 juta orang yang hidup dengan HIV secara global memiliki bukti serologis infeksi HCV di masa lalu atau saat ini. Penyakit hati kronis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di antara orang yang hidup dengan HIV secara global.

Treatment

Infeksi baru dengan virus hepatitis C tidak selalu memerlukan pengobatan, karena respon imun pada beberapa orang akan menghilangkan infeksi. Namun, ketika infeksi virus menjadi kronis, pengobatan diperlukan.

Informasi dari WHO  telah merekomendasikan terapi dengan pan-genotypic direct-acting antivirus (DAA) untuk orang di atas usia 12 tahun. DAA dapat menyembuhkan sebagian besar orang dengan infeksi VHC, dan durasi pengobatannya singkat (biasanya 12 hingga 24 minggu)..

Dari 58 juta orang yang hidup dengan infeksi VHC secara global pada tahun 2019, diperkirakan 21% (15,2 juta) mengetahui diagnosis mereka, dan dari mereka yang didiagnosis dengan infeksi HCV kronis, sekitar 62% (9,4 juta) orang telah diobati dengan DAA pada akhirnya. tahun 2019.

Pencegahan Hepatitis C

Tidak ada vaksin yang efektif melawan hepatitis C, sehingga pencegahan tergantung pada pengurangan risiko pajanan virus dalam perawatan kesehatan. Bagi pengguna napza suntik dan laki-laki yang berhubungan seks sesama jenis atau mereka yang terinfeksi HIV.

Intervensi pencegahan primer yang direkomendasikan oleh WHO meliputi:

  • Penggunaan suntikan perawatan kesehatan yang aman dan tepat,
  • Penanganan dan pembuangan benda tajam dan limbah yang aman,
  • Penyediaan layanan pengurangan dampak buruk yang komprehensif bagi pengguna napza suntik,
  • Pengujian darah yang disumbangkan untuk VHB dan VHC (serta HIV dan sifilis), pelatihan tenaga kesehatan, dan
  • Pencegahan paparan darah saat berhubungan seks.

Terkena Hepatitis C, Kapan Harus Ke Dokter ?

Ketika Anda atau keluarga Anda memiliki tanda dan gejala di atas, segeralah berbicara dengan dokter agar mendapat penanganan yang tepat. Anda juga dapat langsung memeriksakan diri pada dokter dengan buat janji di rumah sakit atau cek aplikasi FASTLab

Cukup dengan download aplikasi FASTLab di Apps Store dan Google Play, kemudahan dalam akses kesehatan hanya dengan menggunakan smartphone di tangan!

Apakah Virus Hepatitis B Berbahaya? || Kapan Harus Ke Dokter?

Apakah Virus Hepatitis B Berbahaya? || Kapan Harus Ke Dokter? 2251 2251 Yudha Pratama

Hello Sobat FAST! Tahukah Anda soal Virus Hepatitis B? Sebelumnya kita sudah pernah membahas soal Hepatitis A, salah satu virus yang bisa menular. Adanya gejala peradangan pada organ hati yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis A. 

Virus Hepatitis B (VHB) merupakan masalah besar di Indonesia karena prevalensinya tinggi dan risiko komplikasi-komplikasinya. VHB biasanya terjadi melalui penularan ibu hamil & anak. 

Penderita Virus Hepatitis B ditemukan secara tidak sengaja pada saat test kesehatan, screening transfusi darah, atau pada saat cek up kesehatan untuk bekerja. Infeksi VHB dapat menyebabkan hepatitis akut, fulminan (berat), dan hepatitis kronis yang bisa berlanjut menjadi sirosis hati dan kanker hati. 

Kasus VHB akut tidak terlalu sering dijumpai dalam praktek dokter sehari-hari. Berbeda dengan kasus hepatitis A yang banyak dijumpai pada “musim” dan saat-saat ini, karena mudahnya penularan melalui makanan dan minuman yang tercemar virus hepatitis A.

Apa Itu Hepatitis B?

Menurut informasi yang didapat dari WHO tentang VHB adalah virus yang menyerang hati dan bisa menyebabkan penyakit kronis. Penularan VHB dari ibu ke anak selama kelahiran dan persalinan, serta melalui kontak saat berhubungan seks dengan pasangan yang terinfeksi.

Data dari WHO pada 2 Juni 2022, diperkirakan sekitar 296 juta orang hidup dengan infeksi VHB kronis di tahun 2019, dengan 1,5 juta infeksi baru setiap tahunnya. Pada tahun 2019, hepatitis B diperkirakan menyebabkan 820.000 kematian, sebagian besar disebabkan oleh sirosis dan karsinoma hepatoseluler (kanker hati primer).

Hepatitis B dapat dicegah dengan vaksin yang aman, tersedia dan efektif. Anda tidak perlu khawatir soal dimana tempat Vaksin yang aman, FASTLab telah menyediakan layanan Vaksinasi untuk mengatasi virus VHB.

Penularan

Virus VHB bisa menyebar melalui luka tusuk jarum, tato, tindik dan paparan darah dan cairan tubuh yang terinfeksi, seperti air liur dan cairan menstruasi, vagina dan mani. Penularan seksual lebih sering terjadi pada orang yang tidak divaksinasi dengan banyak pasangan seksual.

Infeksi hepatitis B yang didapat pada masa dewasa menyebabkan hepatitis kronis pada kurang dari 5% kasus, sedangkan infeksi pada masa bayi dan anak usia dini menyebabkan hepatitis kronis pada sekitar 95% kasus.

Hepatitis B dapat bertahan hidup di luar tubuh setidaknya selama 7 hari. Virus ini masih bisa menyebabkan infeksi jika masuk ke tubuh orang yang belum vaksin. Masa inkubasi virus hepatitis B berkisar antara 30 hingga 180 hari.

Hepatitis B

Gejala

Ada banyak sekali orang tidak mengalami gejala apapun saat baru terinfeksi. Namun, beberapa orang memiliki penyakit akut dengan gejala yang berlangsung beberapa minggu, termasuk menguningnya kulit dan mata, urin gelap, kelelahan ekstrim, mual, muntah dan sakit perut. 

Orang dengan hepatitis akut dapat mengalami gagal hati yang dapat menyebabkan kematian, sebagian orang mengembangkan penyakit hati lanjut seperti sirosis dan karsinoma hepatoseluler, yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi.

Koinfeksi HBV-HIV

Ada sekitar 1% orang yang hidup dengan infeksi VHB (2,7 juta orang) juga terinfeksi HIV. Sebaliknya, prevalensi global infeksi HBV pada orang yang terinfeksi HIV adalah 7,4%. Sejak 2015, 

Menurut informasi yang didapat dari WHO yaitu merekomendasikan pengobatan untuk semua orang yang didiagnosis dengan infeksi HIV. Tenofovir, yang termasuk dalam kombinasi pengobatan yang direkomendasikan sebagai terapi lini pertama untuk infeksi HIV, juga aktif melawan VHB.

Diagnosa

Tes darah tersedia untuk mendiagnosis dan memantau orang dengan hepatitis B, digunakan untuk membedakan infeksi akut dan kronis. WHO merekomendasikan agar semua donor darah diuji hepatitis B untuk memastikan keamanan darah dan menghindari penularan.

Pada tahun 2019, ada sekitar 30,4 juta orang (10,5% dari semua orang yang diperkirakan hidup dengan hepatitis B) menyadari infeksi mereka, sementara 6,6 juta (22%) orang yang didiagnosis sedang dalam pengobatan. 

Menurut perkiraan WHO terbaru, proporsi anak di bawah lima tahun yang terinfeksi HBV secara kronis turun menjadi hanya di bawah 1% pada tahun 2019 turun dari sekitar 5% pada era pra-vaksin mulai dari tahun 1980-an hingga awal 2000-an.

Treatment

Apakah ada pengobatan khusus untuk hepatitis B akut? Jawabannya yaitu tidak ada. Oleh karena itu, perawatan ditujukan untuk menjaga kenyamanan dan keseimbangan nutrisi yang memadai, lalu hindari juga obat-obatan yang tidak perlu seperti Asetaminofen, parasetamol, dan obat anti muntah harus dihindari.

Infeksi hepatitis B kronis dapat diobati dengan obat-obatan, termasuk agen antivirus oral. Pengobatan dapat memperlambat perkembangan sirosis, mengurangi kejadian kanker hati dan meningkatkan kelangsungan hidup jangka panjang. 

WHO merekomendasikan penggunaan pengobatan oral (tenofovir atau entecavir) sebagai obat yang paling ampuh untuk menekan virus hepatitis B. Kebanyakan orang yang memulai pengobatan hepatitis B harus melanjutkannya seumur hidup.

Pencegahan

WHO merekomendasikan agar semua bayi menerima vaksin hepatitis B sesegera mungkin setelah lahir, sebaiknya dalam waktu 24 jam, diikuti dengan 2 atau 3 dosis vaksin VHB dengan jarak minimal 4 minggu untuk menyelesaikan rangkaian vaksinasi. 

Perlindungan berlangsung setidaknya 20 tahun dan mungkin seumur hidup. WHO tidak merekomendasikan vaksinasi booster untuk orang yang telah menyelesaikan jadwal vaksinasi 3-dosis.

WHO telah merekomendasikan penggunaan profilaksis antivirus untuk pencegahan penularan hepatitis B dari ibu ke anak. Penerapan strategi keamanan darah dan praktik seks yang lebih aman, termasuk meminimalkan jumlah pasangan dan menggunakan alat pelindung diri (kondom), juga melindungi dari penularan.

Kapan Harus Ke Dokter?

Anda bisa segera periksa diri di rumah sakit atau FASTLab untuk mendapatkan langkah perawatan jika:

  • Berpikir mungkin telah terpapar virus. Perawatan dapat membantu mencegah infeksi jika diberikan dalam beberapa hari setelah terpapar.
  • Memiliki gejala yang berhubungan dengan hepatitis B.
  • Kamu adalah kelompok berisiko tinggi.

Selain melakukan vaksinasi dan langkah perawatan, Anda juga bisa mengonsumsi suplemen guna menunjang kesehatan tubuh secara menyeluruh. Download FASTLab segera dan cek kebutuhan suplemen di Toko Kesehatan pada aplikasi kami.