Vaksin Covid-19

Promo Swab Antigen Pelajar #BisaLebihSehat

Promo Swab Antigen Pelajar #BisaLebihSehat 2560 1440 Yudha Pratama

Hello Sobat FAST! Tahukah Anda? Rapid test antigen saat ini menjadi salah satu syarat untuk melakukan perjalanan di tengah Pandemi Covid-19. Hal ini disebabkan tes COVID-19 yang dilakukan saat awal gejala muncul dapat mendorong pasien untuk mendapatkan penanganan yang lebih cepat dan tepat.

Rapid Test Antigen salah satu cara untuk mendeteksi keberadaan virus corona di dalam tubuh seseorang. Metode ini dinilai lebih akurat jika dibandingkan dengan rapid test antibodi karena dapat mendeteksi keberadaan antigen virus yang diambil dari sampel di bagian dalam hidung dan tenggorokan. Hal ini dilakukan dengan menemukan protein dari virus tersebut. 

Pada program #BisaLebihSehat mulai 1 Agustus 2022 – 31 Agustus 2022, harga spesial Swab Antigen Rp. 45.000,- dalam promo Kemerdekaan, dengan hanya menunjukan Kartu Pelajar kepada Petugas FAST Point seluruh cabang FASTLab di Indonesia.

Syarat & Ketentuan :

  1. Periode promo berlaku 1 – 31 Agustus 2022.
  2. Promo hanya berlaku melalui aplikasi FASTLab.
  3. Promo berlaku di seluruh FAST Point  Indonesia.
  4. Promo berlaku untuk customer dengan status pelajar (menunjukan kartu pelajar).
  5. Promo tidak dapat digabungkan dengan promo lain.
  6. Follow Instagram @fastlab.id, @inet.net.id & @deltacloud.id
  7. Memberi ulasan layanan kami di Google Review.

Periode Program :

Berlaku hingga 31 Agustus 2022.

Benarkah Covid-19 Telah Usai? Yuk Baca Selengkapnya!

Benarkah Covid-19 Telah Usai? Yuk Baca Selengkapnya! 2251 2251 Yudha Pratama

Hello Sobat Fast! Tahukah Anda, bahwa telah ramai dibicarakan di media sosial seperti Facebook atau Instagram, adanya postingan terkait membicarakan Vaksin Covid-19 yang tak berguna. Lalu dari aliansi dokter dunia menyatakan, bahwa pandemi Corona sudah berakhir. 

Informasi dari Liputan6.com, mengklaim bahwa Vaksin Covid-19 sudah tidak berguna dan soal Covid-19 sudah berakhir adalah salah atau bisa dikatakan hoax. Pada kenyataannya masih terjadi penyebaran Covid-19 di seluruh dunia.

Menurut data World O Meters, sampai saat ini ada 58.488.517 kasus dan menewaskan 1.386.334 orang dari 220 negara. Khususnya di Indonesia melansir data dari covid-19.go.id, ada 493.308 kasus positif dan menewaskan 15.774 orang.

Menurut Prof. Hindra Irawan Satari, SpA(K), MTropPaed, dari Ketua Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) telah menyampaikan, tentang mitos yang mengatakan Vaksin mengandung zat berbahaya adalah tidak benar, karena kandungan Vaksin sudah  diuji sejak pra klinik.

Kondisi di Indonesia

Covid 19

Lalu Bagaimana Kondisi di Indonesia saat ini? Menurut Kementerian Kesehatan RI menyampaikan saat ini pandemi COVID-19 di Indonesia beralih menjadi endemi, membutuhkan waktu dan persiapan yang panjang untuk menjadi endemi.

“Kita jangan bicara dulu masuk fase endemi. Sekarang fasenya bagaimana pandemi ini terkendali kemudian kita masuk ke fase yang kita sebut pra-endemi, baru kemudian kita nyatakan sebagai endemi,” ucap dari juru bicara vaksinasi COVID-19 Kemenkes, dr Siti Nadia Tarmizi.

“Penting adalah bagaimana laju penularan itu terus menerus ditekan dalam kurun waktu tertentu. Kemarin kan kita sudah sempat sampai kurang dari 1 mulai September. September, Oktober, November, Desember. Baru kurang-lebih tiga bulan kurang dari satu tiba-tiba ada varian baru,” pungkasnya.

Kapan Pandemi Covid 19 Berakhir?

Covid 19

Pada beberapa waktu lalu, dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberikan informasi melegakan. Fase akut Covid-19, kemungkinan bisa berakhir pada pertengahan tahun 2022.

Disebut fase akut karena angka vaksin yang tinggi di beberapa negara, ditambah rendahnya tingkat keparahan varian Omicron dibandingkan varian sebelumnya. Walau pun begitu bukan berarti pandemi berakhir sepenuhnya.

“Tapi (pandemi Covid-19) tidak (berakhir sepenuhnya). Tidak ketika 70.000 orang dalam seminggu meninggal karena penyakit yang dapat dicegah dan diobati,” kata Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.

“Tidak ketika 83% penduduk Afrika belum menerima vaksin dosis tunggal,” lanjutnya. “Tidak ketika sistem kesehatan terus tegang dan retak di bawah beban kasus. Tidak ketika kita memiliki virus yang sangat menular yang beredar hampir tidak terkendali, dengan pengawasan yang terlalu sedikit untuk melacak evolusinya.”

Walau pun untuk fase akut pandemi akan berakhir, dari Ghebreyesus memberikan peringatan, bahwa masyarakat seluruh dunia harus bersiap-siap untuk potensi lebih banyak varian yang muncul. Menurut dia kondisi ideal untuk varian yang lebih menular dan lebih berbahaya bisa terjadi kapan saja.

Pernyataan optimis dari Tedros ini bukan yang pertama kali. Namun pada awal tahun 2022, ia pun sempat berujar, bahwa status darurat kesehatan masyarakat bisa dicabut tahun ini.

Kemudian Tedros pun meminta agar pasokan vaksin, alat tes corona hingga perawatan pasien diberikan secara adil. Menurutnya, dunia tidak akan bisa ‘bebas’ dari Covid-19, jika masih banyak negara yang kesulitan dalam mengatasi pandemi karena keterbatasan fasilitas kesehatan.

Pada bulan Mei lalu Presiden Joko Widodo telah mengumumkan pelonggaran aturan Covid-19. Kebijakan aturan pelonggaran dikeluarkan karena pandemi di Indonesia sudah terkendali. Salah satu aturannya yaitu tentang kelonggaran menggunakan masker.

Bapak Presiden Joko Widodo mengumumkan hal itu saat dalam tayangan konferensi pers di Istana Bogor melalui YouTube Sekretariat Presiden. Saat ini masyarakat telah diperbolehkan untuk tidak menggunakan masker ketika sedang beraktivitas di luar ruangan atau di area terbuka yang tidak padat orang.

Kesimpulan

Jadi pada intinya memang kasus Covid-19 ini telah pelan-pelan mereda, tapi kita harus tetap menjaga kebersihan dan kesehatan juga. Bila dari tubuh kita sudah mulai merasakan ada gejala flu dan batuk, sebaiknya tetap menggunakan masker. Pada penjelasan diatas semoga bisa dipahami oleh Sobat FAST! Terima kasih sudah membaca artikel ini dan jangan lupa untuk membaca artikel FASTLab yang lainnya.

Apa Itu Covid-19? || Kenali Jenis-Jenis Covid-19

Apa Itu Covid-19? || Kenali Jenis-Jenis Covid-19 2251 2251 Yudha Pratama

FASTLab, Jakarta – Menurut penelitian yang sudah dilakukan di Indonesia, Covid-19 sudah bermutasi berbagai jenis atau varian diantaranya adalah Alfa, Beta, Gamma, Delta, Lambda, Kappa dan Omicron. Untuk semua varian tersebut sudah menyebar luas ke seluruh penjuru dunia bahkan Indonesia juga. 

Lantas apa saja perbedaan dari semua varian tersebut dan apa saja gejala yang ditimbulkannya. Untuk lebih waspada, yuk kenali dan pahami dari beberapa varian berikut!

Perbedaan Antara Alfa, Beta, Gamma, Delta, Lambda, Kappa dan Omicron.

Menurut Organisasi kesehatan dunia atau WHO beberapa varian baru dari jenis virus Covid-19 yang perlu diwaspadai, diantaranya:

1. Alfa

  • Kasus ditemukan : Inggris, September 2020
  • Kode Virus : B. 1.1.7
  • Tingkat Penularan : 40-90 % Lebih menular dari variasi sebelumnya.

Tingkat Infeksi : Menimbulkan gejala berat dan dapat meningkatkan resiko rawat inap dari jenis sebelumnya.

Virus Covid-19 jenis Alfa ini diketahui lebih cepat menular dari manusia satu ke manusia lain, karena dapat menembus sistem kekebalan tubuh manusia. Diketahui pada april 2021 varian ini sudah banyak di ditemukan di Amerika serikat dan juga Inggris.

Untuk sekarang jika seseorang terkena varian ini akan mengalami gejala berat, namun jika orang tersebut sudah melakukan vaksin ia akan mengalami gejala yang cukup ringan.

2. Beta

  • Kasus ditemukan : Afrika Selatan, Mei 2020
  • Kode Virus : B. 1.351
  • Tingkat Penularan : 50-69%

Tingkat Infeksi  : Dapat Menimbulkan gejala berat dan lebih beresiko.

Covid-19 dengan jenis Beta ini diketahui mudah menyebar ke sesama manusia. Untuk gejala yang didapat masih sama dengan gejala umum covid-19 sebelumnya. Namun hingga kini jenis Beta mampu dan lebih kebal terhadap beberapa pengobatan di rumah sakit.

Jika seseorang yang sudah terkena varian beta ini, ia akan mengalami gejala ringan tapi akan bertahap ke gejala berat. tetapi untuk seseorang akan mengalami gejala ringan jika sudah di vaksin dengan jenis sinovac, pfizer dan moderna.

3. Gamma

  • Kasus ditemukan : Brazil, November 2020
  • Kode Virus : P.1
  • Tingkat Penularan : Masih diteliti
  • Tingkat Infeksi : Lebih kebal terhadap beberapa pengobatan yang ada di rumah sakit

Untuk varian Gamma ini cenderung menimbulkan gejala yang sama dengan varian beta, yakni gejala berat. dan kasus ini ditemukan di brazil dan juga jepang. 

Dan sampai kini vaksin yang cocok dalam pengobatan covid-19 dengan jenis gamma masih belum diketahui.

4. Delta

  • Kasus ditemuka: India, Oktober 2020
  • Kode Virus : B.1.6117.2
  • Tingkat Penularan : 30-100% Lebih cepat menular

Tingkat Infeksi : Lebih beresiko dan memerlukan perawatan inap rumah sakit.

Jenis virus Covis-19 yang satu ini sempat menjadikan beberapa negara mengalami pandemi massal dan merupakan jenis yang mudah dan cepat menyebar. hal ini dikarenakan ditemukannya kasus pada india dan inggris.

Infeksi pada varian ini cenderung lebih menyerang anak anak dan orang dewasa pada umur dibawah 50 tahun dan 3 x lebih beresiko untuk terinfeksi.

Fakta lainnya mengenai varian ini bahwa jenis delta dapat dan mampu berkembang biak dan mudah memasuki serta melawan sel imun atau sistem kekebalan tubuh pada manusia.

Tetapi hingga sekarang untuk varian delta ini sudah dapat ditangani dengan vaksin dosis lengkap dengan jenis Astrazeneca dan juga pfizer. karena mampu melindungi diri dari varian delta dengan kemungkinan 60-80%.

Jenis Covid 19

5. Lambda

  • Kasus ditemukan : Peru, Desember 2020
  • Kode Virus : C.37
  • Tingkat Penularan : Masih belum diketahui

Tingkat Infeksi : Masih belum diketahui.

Varian Lambda ini banyak ditemukan di negara-negara Eropa dan menyebar di beberapa negara lainnya. untuk varian yang satu ini masih belum diketahui dan masih diteliti untuk tingkat penularan dan tingkat infeksinya.

Namun sekarang untuk varian Lambda ini sudah bisa ditangani dengan vaksin Covid-19 segala jenis.

6. Kappa

  • Kasus ditemukan : India, Oktober 2020
  • Kode Virus : 1.6117.2
  • Tingkat Penularan : Masih belum diketahui

Tingkat Infeksi : Masih belum diketahui.

Menurut beberapa laporan yang didapatkan untuk kasus jenis covid 19 Kappa ini sudah memasuki indonesia pada bulan juli 2021. Untuk varian Kappa ini sama dengan mutasinya varian Delta masih diselidiki tingkat penularan dan juga tingkat infeksinya.

Meski demikian untuk kedua varian ini masih diteliti untuk efektivitas vaksin apa yang cocok untuk penangananya.

7. Omicron

  • Kasus ditemukan   : Afrika Selatan, November 20221
  • Kode Virus : B. 1.1. 529
  • Tingkat Penularan : masih belum diketahui
  • Tingkat Infeksi : Menunjukan infeksi berulang, dan beresiko

Menurut laporan WHO untuk varian Omicron ini perlu diwaspadai karena nantinya takut akan menimbulkan penyebaran yang mudah dan tingkat keparahan penyakit yang ditimbulkannya

Namun saat itu juga WHO menjelaskan penelitian masih terus dilakukan agar lebih memahami seluk beluk varian omicron. 

Dan kabarnya untuk semua varian Covid-19 sekarang sudah dapat ditangani dengan beberapa vaksin yang ada di indonesia dan harus memenuhi semua vaksin atau dosis lengkap.

Untuk gejala yang ditimbulkan dari virus Covid-19 ini secara umum masih sama, yakni:

  • Batuk,
  • Demam,
  • Sakit kepala,
  • Nyeri otot,
  • Sakit tenggorokan,
  • Anosmia, dan
  • bahkan bisa lebih parah.

Oleh karena itu jika anda sudah mengalami beberapa gejala di atas dan mendapatkan bukti hasil dari tes PCR/Antigen. Ada baiknya segera membawakan diri ke rumah sakit agar dapat ditangani dengan cepat dan tepat. Serta penularan dapat diatasi dan ditangani dengan cepat.

Peraturan Baru Pemakaian Masker Di Era Endemi?

Peraturan Baru Pemakaian Masker Di Era Endemi? 1200 1200 Yudha Pratama

Endemi, Penggunaan masker pada masa pandemi terkhususnya di Indonesia sangat diperketat oleh pemerintah. Hal ini bertujuan untuk penanganan penyebaran virus Covid-19 di Indonesia.

Namun semakin berkembang dan berjalannya dalam penanganan Covid-19 di Indonesia yang semakin terkendali dalam beberapa waktu terakhir, maka keluarlah kebijakan baru dari presiden indonesia dengan surat edaran yang berbunyi :

Pemerintah memutuskan untuk melonggarkan kebijakan pemakaian masker. Jika masyarakat sedang beraktivitas di luar ruangan atau di area terbuka yang tidak padat orang, maka diperbolehkan untuk tidak menggunakan masker” kata Presiden Joko Widodo (Jokowi)”

Lantas bagaimana jika seseorang tersebut berada di dalam ruangan atau berada di dalam transportasi umum? serta bagaimana kebijakan penggunaan masker bagi lansia dan orang yang sedang sakit?

Kebijakan yang dikeluarkan sudah pasti mengikuti berkembangnya penanganan Covid-19 di indonesia, namun dengan ada kebijakan tersebut masih ada beberapa aturan yang harus diperhatikan masyarakat yang telah disampaikan oleh presiden joko widodo. diantaranya:

1. Aturan Memakai Masker Di Dalam Ruangan Atau Berada Di Dalam Transportasi Umum Era Endemi.

Berdasarkan pernyataan jokowi, warga yang beraktifitas di dalam ruangan (kantor, sekolah, institusi, pelayanan, jasa dan sebagainya) masih wajib menggunakan masker. begitu juga ketika sedang berada di dalam angkutan transportasi umum seperti (bus, mobil, kereta api, pesawat, kapal laut dan sebagainya). 

Selanjutnya dalam penanganan Covid-19 bagi para pelaku perjalanan Domestik dan internasional yang sudah di vaksin lengkap atau 2 dosis tidak perlu melampirkan hasil bukti tes Covid-19.

Endemi

2. Aturan Memakai Masker Bagi Lansia Dan Orang Yang Sedang Sakit Era Endemi.

Peraturan bagi masyarakat untuk melonggarkan memakai masker di luar ruangan memang mendapat respon yang baik terlebih lagi bagi mereka yang bekerja di luar ruangan (outdoor). namun bagaimana jadinya peraturan ini yang berlaku bagi mereka yang masih dalam tahap pemulihan dari sakit atau lansia?

Kebijakan tersebut harus diikuti oleh mereka yang memasuki kategori tersebut, karena bagi mereka yang menderita komorbid (Penyakit paru paru, Diabetes, Hipertensi, penyakit ginjal, penyakit jantung) masih wajib menggunakan masker di luar ruangan.

Hal ini bertujuan untuk mempercepat kesembuhan mereka serta tanpa menjangkit orang orang yang ada di sekitar mereka. 

Selanjutnya dalam mengikuti peraturan tersebut ada beberapa pertanyaan bagaimana cara memakai masker dengan benar di era sekarang? berikut langkah-langkahnya:

  1. Biasakan mencuci tangan terlebih dahulu, menggunakan air dan sabun atau menggunakan hand sanitizer. 
  2. pastikan kondisi hidung tidak dalam keadaan pilek atau berair.
  3. setelah itu ambil masker dan pakai, pastikan masker menutupi hidung, mulut, dan dagu. (untuk masker bisa masker medis).
  4. kemudian tekan kawat yang ada di masker bagian atas agar menutupi wajah bagian atas.

Berikutnya adalah bagaimana cara melepaskan masker ketika sudah digunakan oleh kita? ini langkah-langkahnya:

  1. Ganti masker anda ketika masker sudah rusak, kotor atau basah.
  2. Lepas masker dari kaitan telinga.
  3. sobek bagian tengah masker agar tidak digunakan oleh orang lain.
  4. buanglah masker pada tempat sampah yang sudah disediakan.
  5. dan terakhir, cuci kembali tangan menggunakan sabun dan air atau bisa juga menggunakan hand sanitizer.

Kesimpulan Peraturan di Era Endemi?

Meskipun kebijakan pelonggaran masker ini sudah diberlakukan di masyarakat tetapi dalam meningkatkan penanganan Covid-19 hingga 0%, maka haruslah kita menggunakan masker ketika berada di manapun dan kapanpun. hal ini juga tidak salah ketika kita ingin lebih waspada terhadap penyakit yang berada di lingkungan sekitar kita.

Benarkah Vaksin Booster Sebabkan HIV, Mitos / Fakta?

Benarkah Vaksin Booster Sebabkan HIV, Mitos / Fakta? 1200 1200 Yudha Pratama

Hadirnya kabar bahwa vaksin booster membawa kandungan yang dapat melemahkan imun seseorang sehingga sebabkan infeksi human immunodeficiency virus (HIV), membuat sebagian masyarakat khawatir terhadap perlu atau tidaknya vaksin booster (penguat) ini. “

FASTLab, Jakarta – Dengan menangani penyebaran dan penanganan virus  Covid-19 yang ada di indonesia segala upaya dan usaha dalam penanganannya semua dilakukan, dari memahami pola dan struktur virus, hingga dengan pemantauan berkembangnya virus tersebut.

Vaksin pun mulai bermunculan dan berkembang demi penanganan virus covid 19 yang ada di indonesia. lalu beredarnya vaksin baru yang ke 3 yakni vaksin booster yang dapat memperkuat imun seseorang agar menuju hard imun.

Lalu beredar kabar di media sosial bahwa vaksin booster sebabkan HIV atau melemahnya imun sehingga munculnya human immunodeficiency virus (HIV). yang menyebabkan penyakit AIDS (acquired immunodeficiency syndrome).

Booster sebabkan HIV

Penjelasan:

Beredar sebuah artikel di internet yang mengklaim bahwa suntikan vaksin booster dapat menyebabkan penyakit AIDS. Dr. Elizabeth Eads yang menjadi narasumber dalam artikel tersebut menjelaskan bahwa ia melihat Acquired Immunodeficiency Syndrome, yang biasa disebut AIDS, yang dapat mengganggu kekebalan tubuh, sekarang imunodefisiensi tersebut berada pada suntikan vaksin ketiga. 

Ia meyakini hal tersebut karena menemukan lentivirus pada vaksin Covid-19. Lentivirus ini mengandung kombinasi HIV sehingga dapat menyebabkan defisiensi imun manusia sehingga menimbulkan AIDS.

Setelah ditelusuri klaim tersebut Salah. karena para ahli dan pakar virus HIV menyebutkan bahwa tidak ada satupun vaksin yang mengandung lentivirus serta tidak diijinkan beredar di negara manapun. jikalau terdapat vaksin yang mengandung lentivirus ini maka vaksin tersebut tidak akan di lulus tahap pengujinya.

Selain itu secara spesifik virus HIV dapat ditularkan melalui cairan tubuh seperti darah, air mani, cairan pra-mani, cairan dubur atau vagina, dan air susu ibu.

Kemudian pembuatan vaksin booster ini juga bertujuan untuk memperkuat kekebalan imun seseorang terhadap suatu virus bukan sebaliknya yang melemahkan imun seseorang. 

“Dengan demikian berita yang beredar tersebut merupakan berita yang hoax atau mitos yang tidak perlu dipercaya.”

Untuk lebih meyakinkan masyarakat pentingnya vaksin ketiga atau vaksin booster untuk Herd Immunity. perlu diketahui beberapa manfaat dalam vaksin Covid-19.

Booster sebabkan HIV