Hepatitis B

Bahaya Virus Hepatitis Di Kala Pandemi Covid-19! || Simak Penjelasannya!

Bahaya Virus Hepatitis Di Kala Pandemi Covid-19! || Simak Penjelasannya! 2251 2251 Yudha Pratama

FASTLab, Jakarta – Masyarakat Indonesia masih berada di angin lalunya wabah Virus Covid-19. Namun kini masyarakat Indonesia juga harus diterjang lagi dengan kasus yang cukup menghebohkan, yakni dengan penyakit Hepatitis akut.

Dalam kasus ini pemerintah pun melakukan himbauan terhadap masyarakat agar lebih waspada terhadap penyakit ini. Namun bagaimana dengan penderita Hepatitis A,B,C,D dan E yang masih di era pandemi sekarang. 

Umumnya orang-orang yang menderita Hepatitis akan melakukan konsultasi dan pengobatan berkala di rumah sakit terdekat, tetapi yang membedakan sekarang adalah kondisi pandemi yang masih belum selesai. oleh karena itu sebagian orang orang akan merasa lebih takut untuk melakukan hal itu kerumah sakit.

Tapi faktanya adalah setiap orang yang menderita Hepatitis wajib melakukan konsultasi dan pengobatan secara rutin, hal ini bertujuan agar si penderita tidak mengalami gejala yang lebih serius.

Karena dalam waktu kurang lebih 15 tahun kedepan Hepatitis akan menjadi sirosis atau pengerutan, bahkan menjadi kanker hati.

Tetapi untuk sekarang dalam pengobatan yang dilakukan di rumah sakit dapat dilakukan, karena sekarang dalam pelayanan dan penanganan wabah virus Covid-19 yang mulai teratasi dapat membuat angin segar bagi penderita hepatitis.

Untuk saat ini pengobatan yang dilakukan dirumah sakit bagi si penderita adalah dengan melakukan vaksin hepatitis B agar  virus yang ada di dalam tubuh tidak berkembang.

Gejala Umum Hepatitis

Gambar Hepatitis ilustrasi

Selain itu jika kalian yang masih waspada terhadap penyakit hepatitis dan apa saja gejalanya berikut penjelasannya:

  1. Mual dan muntah,
  2. Demam,
  3. Mudah kelelahan,
  4. Urin gelap,
  5. Fases pucat,
  6. Nyeri sendi,
  7. Nyeri perut,
  8. Penyakit kuning,
  9. Kehilangan nafsu makan, dan
  10. Penurunan berat badan.

Kapan Harus Ke Dokter

Gambar Konsultasi ke Dokter Ilustrasi

Untuk mencegah dalam perihal ini ada baik nya selalu menjaga dan melakukan pola hidup sehat serta melakukan pengecekan kesehatan di unit pelayanan kesehatan terdekat. Hal ini bertujuan agar di kemudian hari akan berdampak pada kita serta keluarga kita. Pada akhirnya keluarga kita akan terhindar dari hepatitis serta komplikasi penyakit yang lainnya. Maka dari itu cintai keluarga dari kesehatan sekarang.

Benarkah Covid-19 Telah Usai? Yuk Baca Selengkapnya!

Benarkah Covid-19 Telah Usai? Yuk Baca Selengkapnya! 2251 2251 Yudha Pratama

Hello Sobat Fast! Tahukah Anda, bahwa telah ramai dibicarakan di media sosial seperti Facebook atau Instagram, adanya postingan terkait membicarakan Vaksin Covid-19 yang tak berguna. Lalu dari aliansi dokter dunia menyatakan, bahwa pandemi Corona sudah berakhir. 

Informasi dari Liputan6.com, mengklaim bahwa Vaksin Covid-19 sudah tidak berguna dan soal Covid-19 sudah berakhir adalah salah atau bisa dikatakan hoax. Pada kenyataannya masih terjadi penyebaran Covid-19 di seluruh dunia.

Menurut data World O Meters, sampai saat ini ada 58.488.517 kasus dan menewaskan 1.386.334 orang dari 220 negara. Khususnya di Indonesia melansir data dari covid-19.go.id, ada 493.308 kasus positif dan menewaskan 15.774 orang.

Menurut Prof. Hindra Irawan Satari, SpA(K), MTropPaed, dari Ketua Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) telah menyampaikan, tentang mitos yang mengatakan Vaksin mengandung zat berbahaya adalah tidak benar, karena kandungan Vaksin sudah  diuji sejak pra klinik.

Kondisi di Indonesia

Covid 19

Lalu Bagaimana Kondisi di Indonesia saat ini? Menurut Kementerian Kesehatan RI menyampaikan saat ini pandemi COVID-19 di Indonesia beralih menjadi endemi, membutuhkan waktu dan persiapan yang panjang untuk menjadi endemi.

“Kita jangan bicara dulu masuk fase endemi. Sekarang fasenya bagaimana pandemi ini terkendali kemudian kita masuk ke fase yang kita sebut pra-endemi, baru kemudian kita nyatakan sebagai endemi,” ucap dari juru bicara vaksinasi COVID-19 Kemenkes, dr Siti Nadia Tarmizi.

“Penting adalah bagaimana laju penularan itu terus menerus ditekan dalam kurun waktu tertentu. Kemarin kan kita sudah sempat sampai kurang dari 1 mulai September. September, Oktober, November, Desember. Baru kurang-lebih tiga bulan kurang dari satu tiba-tiba ada varian baru,” pungkasnya.

Kapan Pandemi Covid 19 Berakhir?

Covid 19

Pada beberapa waktu lalu, dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberikan informasi melegakan. Fase akut Covid-19, kemungkinan bisa berakhir pada pertengahan tahun 2022.

Disebut fase akut karena angka vaksin yang tinggi di beberapa negara, ditambah rendahnya tingkat keparahan varian Omicron dibandingkan varian sebelumnya. Walau pun begitu bukan berarti pandemi berakhir sepenuhnya.

“Tapi (pandemi Covid-19) tidak (berakhir sepenuhnya). Tidak ketika 70.000 orang dalam seminggu meninggal karena penyakit yang dapat dicegah dan diobati,” kata Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.

“Tidak ketika 83% penduduk Afrika belum menerima vaksin dosis tunggal,” lanjutnya. “Tidak ketika sistem kesehatan terus tegang dan retak di bawah beban kasus. Tidak ketika kita memiliki virus yang sangat menular yang beredar hampir tidak terkendali, dengan pengawasan yang terlalu sedikit untuk melacak evolusinya.”

Walau pun untuk fase akut pandemi akan berakhir, dari Ghebreyesus memberikan peringatan, bahwa masyarakat seluruh dunia harus bersiap-siap untuk potensi lebih banyak varian yang muncul. Menurut dia kondisi ideal untuk varian yang lebih menular dan lebih berbahaya bisa terjadi kapan saja.

Pernyataan optimis dari Tedros ini bukan yang pertama kali. Namun pada awal tahun 2022, ia pun sempat berujar, bahwa status darurat kesehatan masyarakat bisa dicabut tahun ini.

Kemudian Tedros pun meminta agar pasokan vaksin, alat tes corona hingga perawatan pasien diberikan secara adil. Menurutnya, dunia tidak akan bisa ‘bebas’ dari Covid-19, jika masih banyak negara yang kesulitan dalam mengatasi pandemi karena keterbatasan fasilitas kesehatan.

Pada bulan Mei lalu Presiden Joko Widodo telah mengumumkan pelonggaran aturan Covid-19. Kebijakan aturan pelonggaran dikeluarkan karena pandemi di Indonesia sudah terkendali. Salah satu aturannya yaitu tentang kelonggaran menggunakan masker.

Bapak Presiden Joko Widodo mengumumkan hal itu saat dalam tayangan konferensi pers di Istana Bogor melalui YouTube Sekretariat Presiden. Saat ini masyarakat telah diperbolehkan untuk tidak menggunakan masker ketika sedang beraktivitas di luar ruangan atau di area terbuka yang tidak padat orang.

Kesimpulan

Jadi pada intinya memang kasus Covid-19 ini telah pelan-pelan mereda, tapi kita harus tetap menjaga kebersihan dan kesehatan juga. Bila dari tubuh kita sudah mulai merasakan ada gejala flu dan batuk, sebaiknya tetap menggunakan masker. Pada penjelasan diatas semoga bisa dipahami oleh Sobat FAST! Terima kasih sudah membaca artikel ini dan jangan lupa untuk membaca artikel FASTLab yang lainnya.

Varian Covid-19 Yang Paling Berbahaya! || Penularan Cepat!

Varian Covid-19 Yang Paling Berbahaya! || Penularan Cepat! 2251 2251 Yudha Pratama

FASTLab, Jakarta – Dunia bahkan indonesia kurang lebih 2 tahun terakhir sudah dilanda oleh pandemi virus Covid-19, yang mana membuat sejumlah negara harus melakukan lokcdown gegara virus ini. Namun dengan beriringnya waktu virus ini dari hari ke hari semakin berkembang dan melakukan mutasi diri, sehingga berbagai varian pun bermunculan.

Namun dari berbagai varian tersebut apakah kamu tahu varian apa yang paling berbahaya dan harus di waspadai? tentu ada, untuk membuat kamu lebih paham varian Covid apa yang paling berbahaya, berikut lengkap penjelasannya!

Virus Covid-19 Varian Omicron

Gambar Omicron ilustrasi

Varian Covid-19 dengan jenis B.1.1.529 atau yang lebih dikenal dengan nama Omicron sudah ditetapkan oleh organisasi kesehatan dunia (WHO) sebagai varian covid-19 yang paling berbahaya.

Hal ini dibeberkan pada penemuan kasus di Afrika Selatan. Sebab varian ini memiliki setatus Varian of Concern (VOC) maksud dari varian of concern ini adalah varian Covid-19 yang memiliki 3 kreteria diantaranya:

  1. Mudah menyebar,
  2. Tingkat Infeksi, dan
  3. Kemampuan Melabui Sistem Kekebalan Tubuh.

Kemudian yang menjadikan Omicron ini sebagai varian yang berbahaya karena ditemukannya kasus dengan mudahnya menyebar pada manusia. dikutip dari laman detikHealth  bahwa rata-rata orang yang terketa varian omicron ini berkisaran umur 18-35 tahun dengan vaksin dosis rendah.

Dokter paru-paru yang menangani kasus ini pun menjelaskan bahwa Gejala yang dialami oleh pasien, dengan orang yang sudah vaksin dosis renda akan mudah mengalami gejala sebagai berikut:

  1. Demam (bisa menjadi parah jika tidak ditangani),
  2. Sakit tenggorokan,
  3. Batuk,
  4. Pilek,
  5. Nyeri di dada, dan
  6. Gejala masuk angin.

Namun untuk seseorang yang sudah dilengkapi dengan vaksin jenis apapun atau booster, maka orang tersebut akan mengalami gejala ringan seperti gejala flu biasa.

Maka dari itu setiap masyarakat Indonesia di kebut dengan program vaksinasi dosis lengkap, hal ini bertujuan agar setiap warga indonesia dapat meminimalisir penularan dari varian Omicron ini serta selalu menerapkan prokes kesehatan dengan ketat.

Prokes yang dapat dilakukan oleh setiap masyarakat adalah dengan tetap menjaga 5 M yakni :

  1. Memakai Masker,
  2. Menjaga Jarak,
  3. Mengurangi Mobilitas,
  4. Menjauhi Kerumunan, dan
  5. Mencuci tangan dengan sabun / Hand Sanitizer.

Jika semua prokes sudah dijalani dan selalu menerapkan dalam kehidupan sehari hari maka akan mampu mengembalikan masa-masa sebelum pandemi dan dapat berkumpul lagi dengan teman-teman dan keluarga tercinta.

Apa Itu Covid-19? || Bagaimana Cara Mencegah Virus Covid-19?

Apa Itu Covid-19? || Bagaimana Cara Mencegah Virus Covid-19? 2250 2251 Yudha Pratama

Apa Itu Covid-19?

Covid-19 atau dengan istilahnya severe acute respiratory syndrome coronavirus  2 atau (SARS-CoV-2) adalah sebuah virus yang dapat menyerang sistem pernapasan manusia hingga hewan. Virus ini dapat menginfeksikan sistem pernapasan manusia dengan gejala yang ringan, sedang hingga dengan kematian.

Apakah Covid-19 Dapat Menular?

Sangat bisa karena virus ini dapat menular dengan cara menyebar dari satu orang ke orang lain. Penularan ini dapat terbentuk dari percikan orang (Droplet) yang keluar dari sistem pernapasan sedang ia sedang batuk atau bersin.

Saat percikan tadi keluar dari sistem pernapasannya Droplet tadi dapat menempel pada benda benda di sekitarnya dan dapat bertahan beberapa jam hingga beberapa hari. 

Umumnya ketika seseorang yang sudah terpapar dari percikan tadi, orang tersebut akan mengalami beberapa gejala ringan sejak 5 hari terakhir ia menyentuh percikan. Maka dari itu bagi orang orang yang menderita komorbid wajib menggunakan masker.

Apa Yang Menjadi Penyebab Covid-19?

mencegah covid 19

Dari banyaknya penelitian yang dilakukan penyebab dari virus Covid-19 ini masih belum diketahui pasti. Namun banyak yang beranggapan bahwa penyebab dari virus ini berasal dari hewan dan dapat menjangkit dari hewan satu ke hewan lainnya, bahkan ke Manusia juga.

Dari informasi yang didapat hingga sekarang penyebab Virus ini berasal dari kota Wuhan, China. dan muncul pada bulan desember 2019 lalu.

Apa Saja Gejala Dari Covid-19?

Untuk gejala dari virus Covid-19 ini bervariasi, diantaranya:

  1. Demam,
  2. Batuk, dan
  3. Kesulitan Bernafas.

Tetapi jika sudah masuk ke tahap yang lebih serius maka Gejala dapat berupa menjadi Pneumonia Berat.

Bagaimana Cara Mencegah Virus Covid-19?

Untuk sekarang Pencegahan Virus Covid-19 adalah dengan cara melakukan Vaksinasi dosis lengkap, Namun harus tetap melakukan dan penerapan protokol kesehatan sehari-hari. yakni dengan cara:

  1. Memakai masker,
  2. Mencuci tangan dengan sabun,
  3. Memakai Hand Sanitizer,
  4. Tidak Menyentuh mata, hidung, mulut (Bagi Tangan Yang Belum Dicuci), dan
  5. Memeriksa diri jika terdapat beberapa gejala tadi.

Setelah mengetahui bagaimana cara mencegah covid 19 hal yang harus kamu lakukan dalam menerapkan protokol kesehatan lainnya adalah :

  1. Menerapkan etika batuk atau bersin,
  2. Membersihkan tempat atau benda yang sering digunakan,
  3. Menggunakan masker jika sedang sakit,
  4. Menggunakan masker ketika berada di ruangan tertutup dan di kendaraan umum,
  5. Selalu mencuci tangan dengan sabun,
  6. Berolahraga,
  7. Mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat dan bergizi,
  8. Hindari kontak langsung dengan orang yang tidak dikenal, dan
  9. Kurung niat keluar rumah jika tidak terlalu penting.

Baca juga : TIPS SEHAT LIBURAN SAMBIL WISATA KULINER

Sudah mencegah covid 19 tetapi Sudah Terpapar Covid-19?

Apabila sudah melakukan upaya-upaya mencegah covid 19 tetapi sudah mengalami beberapa gejala dan melakukan Tes PCR atau Antigen. Maka Anda dapat melakukan isolasi mandiri atau melakukan perawatan di rumah sakit terdekat. jika Anda melakukan isolasi mandiri beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu :

  1. Melakukan isolasi mandiri di ruangan tersendiri,
  2. Lakukan isolasi selama 10-14 hari sejak terpapar Covid-19,
  3. Selalu melakukan aktifitas fisik di dalam ruangan,
  4. Selalu mendapatkan akses keluar dan masuk udara segar,
  5. Menggunakan alat makan dan minum sendiri,
  6. Mencuci dan membersihkan pakaikan sendiri, dan
  7. Menjaga pola makan dan tidur yang teratur.

Namun jika Anda melakukan perawatan di rumah sakit terdekat maka yang harus dilakukan adalah :

  1. Melakukan Swab Test baik PCR/Antigen,
  2. Menyerahkan surat positif ke petugas penanganan Covid-19,
  3. Mempersiapkan pakaian dan alat untuk kebutuhan sehari-hari, dan
  4. Sisanya akan ditanggung oleh pihak rumah sakit seperti, tempat tinggal, makan, minum, vitamin dan lain lain.

Untuk sekarang penanganan dan perawatan di rumah sakit atau klinik kesehatan seperti konsultasi, melahirkan, operasi, cuci darah, hingga dengan vaksinasi untuk anak. akan dilakukan penanganan dengan cara yang berbeda ketika anda sedang mengalami atau menderita Covid-19. 

Hal mencegah covid 19 ini dilakukan agar penularan Covid-19 tidak terjadi dan dapat melakukan tindakan kesehatan untuk anda. Selanjutnya ketika sudah berada di rumah sakit ada baik nya berkonsultasi dengan dokter untuk tindakan terbaik yang harus dilakukan.

Apa Itu Omicron BA.4 & BA.5? || Waspada Virus Menular!

Apa Itu Omicron BA.4 & BA.5? || Waspada Virus Menular! 2251 2251 Yudha Pratama

Hello Sobat FAST! Tahukah Anda, bahwa Covid-19 naik lagi kasusnya. Menurut informasi yang diambil dari Kompas.com 23/06/2022  menjelaskan, Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 telah dikonfirmasi masuk ke Indonesia, sejak awal Juni 2022 oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes). 

Bagaimana gejala Covid BA.4 dan BA.5? Informasi yang di dapatkan dari Ketua Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr Erlina Burhan, SpP(K) menyampaikan gejala BA.4 dan BA.5 masih hampir sama dengan varian Omicron sebelumnya.

Hanya beberapa minggu setelah muncul Omicron BA.2 Pertama kali ditemukan oleh para ilmuwan di Afrika Selatan pada bulan April dan terkait dengan peningkatan kasus berikutnya di sana, BA.4 dan BA.5 adalah anggota terbaru dari keluarga subvarian virus corona yang berkembang di Omicron.

Omicron

Apa Itu Omicron BA.4 dan BA.5?

Subvarian baru Omicron keduanya mirip dengan BA.2 daripada jenis BA.1 yang memulai gelombang Omicron di sebagian besar negara akhir tahun lalu. Jenis Omicron BA.4 dan BA.5 membawa mutasi unik mereka sendiri. 

Adanya perubahan yang disebut L452R dan F486V dalam protein lonjakan virus yang mungkin mengubah kemampuannya untuk menempel pada sel inang dan menghindari beberapa respons imun.

Korber dan Fischer juga menemukan bahwa banyak urutan genom yang diklasifikasikan sebagai BA.2 dalam database publik sebenarnya adalah BA.4 atau BA.5. Akibatnya, para peneliti dapat meremehkan kenaikan varian yang sedang berlangsung.

Mengapa Varian Meningkat Secara Global?

Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 tampaknya berasal dari kapasitas mereka untuk menginfeksi orang yang kebal terhadap bentuk awal Omicron dan varian lainnya, kata Christian Althaus, ahli epidemiologi komputasi di University of Bern. 

BA.4 dan BA.5 didorong hampir seluruhnya oleh kekebalan populasi, Althaus menambahkan, dengan kasus meningkat ketika perlindungan berhenti. dan jatuh hanya ketika cukup banyak orang telah terinfeksi.

Negara-negara sekarang cenderung memiliki profil kekebalan yang berbeda karena sejarah gelombang COVID-19 dan tingkat vaksinasi mereka berbeda. Akibatnya, ukuran gelombang BA.4 dan BA.5 akan bervariasi dari satu tempat ke tempat lain.

Apa Dampak BA.4 & BA.5 Terhadap Masyarakat?

Dalam sebuah penelitian yang diposting ke server pracetak medRxiv, Jassat dan rekan-rekannya menemukan bahwa gelombang BA.4 dan BA.5 Afrika Selatan menyebabkan tingkat rawat inap yang serupa tetapi tingkat kematian yang sedikit lebih rendah.

Kedua gelombang Omicron terbukti jauh lebih ringan, dalam hal rawat inap dan kematian, daripada gelombang Delta yang ganas di negara itu.

Di luar Afrika Selatan, negara lain melihat dampak yang lebih signifikan dari BA.4 dan BA.5. Di Portugal — di mana tingkat vaksinasi dan peningkatan COVID-19 sangat tinggi — tingkat kematian dan rawat inap yang terkait dengan gelombang terbaru serupa dengan gelombang Omicron pertama (walaupun masih tidak seperti dampak yang disebabkan oleh varian sebelumnya).

Salah satu penjelasan untuk perbedaannya adalah demografi Portugal, kata Althaus. “Semakin banyak orang tua yang Anda miliki, semakin parah penyakitnya.” Jassat berpikir bahwa sifat kekebalan suatu negara juga dapat menjelaskan hasil yang berbeda-beda.

Sekitar setengah dari orang dewasa Afrika Selatan telah divaksinasi, dan hanya 5% yang menggunakan booster. Tetapi ini, dikombinasikan dengan tingkat infeksi yang sangat tinggi dari gelombang COVID-19 sebelumnya, telah membangun dinding ‘kekebalan hibrida’ yang menawarkan perlindungan kuat terhadap penyakit parah, terutama pada orang tua, yang kemungkinan besar telah divaksinasi, katanya.

Waspadai Gejala Omicron BA.4 & BA.5

Varian Omicron BA.4 dan BA.5 memiliki ciri-ciri gejala ringan ketimbang varian sebelumnya. Gejala ini karena imunitas kelompok atau herd immunity yang sudah terbentuk. Gejala Omicron BA.4 dan BA.5 tidak menimbulkan keparahan. Tetapi, untuk penularannya sangat cepat.

Gejalanya sama dengan varian virus corona yang lain yaitu:

  • Batuk yang dialami oleh 89 persen pengidap.
  • Fatigue atau kelelahan yang dialami oleh 65 persen pengidap.
  • Hidung tersumbat atau rinore yang dialami oleh 59 persen pengidap.
  • Demam yang dialami oleh 38 persen pengidap.
  • Mual atau muntah yang dialami oleh 22 persen pengidap.
  • Sesak napas yang dialami oleh 16 persen pengidap.
  • Diare yang dialami oleh 11 persen pengidap.
  • Anosmia atau ageusia yang dialami oleh 8 persen pengidap.

Pada jurnal SARS-CoV-2 Omicron BA.2.12.1, BA.4, and BA.5 subvariants evolved to extend antibody evasion menunjukkan bahwa vaksinasi tidak efektif untuk mencegah paparan BA.4 dan BA.5. Dengan kata lain, setiap orang memiliki risiko yang sama besar untuk terpapar.

Mudah Bereplikasi di Sel Paru Manusia

Menurut informasi dari para peneliti di Tokyo mengatakan varian baru Virus Omicron lebih berisiko menyebabkan gejala parah. Peneliti menemukan bahwa BA.4 dan BA.5 lebih mudah bereplikasi di sel paru-paru manusia dan berpotensi menimbulkan masalah lebih besar.

Omicron BA.4 dan BA.5 mempertahankan beberapa mutasi dari varian Delta, termasuk bagian dari genom yang disebut residu L452. Mutasi ini mengubah protein lonjakan untuk membantu virus menempel lebih baik pada reseptor ACE2 di sel manusia dan menyebabkan penyakit.

Cara Penanganan Penderita Hepatitis, Bagi Ibu Hamil?

Cara Penanganan Penderita Hepatitis, Bagi Ibu Hamil? 2251 2251 Yudha Pratama

Hello Sobat FAST! Tahukah Anda, bahwa Ibu hamil itu mudah sekali terinfeksi virus hepatitis. Penyebab umum ikterus pada kehamilan adalah hepatitis virus akut. Hepatitis dapat disebabkan oleh penyakit yang khas terkait dengan kehamilan dan yang tidak terkait dengan kehamilan.

Kegiatan ini menguraikan evaluasi dan pengelolaan hepatitis virus pada kehamilan. Ini menyoroti peran tim kesehatan interprofessional dalam mengevaluasi dan meningkatkan perawatan untuk pasien dengan kondisi ini.

Overview

Penyebab umum penyakit kuning pada kehamilan adalah hepatitis virus akut. Hepatitis dapat disebabkan oleh penyakit yang khas terkait dengan kehamilan dan yang tidak terkait dengan kehamilan.

Penyakit unik yang terkait dengan kehamilan termasuk perlemakan hati akut pada kehamilan, hiperemesis gravidarum, kolestasis intrahepatik pada kehamilan, preeklamsia berat, dan sindrom HELLP (hemolisis, peningkatan enzim hati, dan jumlah trombosit yang rendah). 

Artikel ini akan mengulas virus hepatitis paling umum yang disebabkan oleh virus Hepatitis A, B, C, D dan E, penularan, komplikasi kehamilan, imunisasi, dan pilihan menyusui untuk ibu dan bayi yang terinfeksi.

Kenapa ibu hamil harus waspada terhadap hepatitis?

Hepatitits memiliki beberapa jenis seperti hepatitis A, hepatitis B, dan hepatitis C. Virus hepatitis jika tidak tertangani dengan baik, hepatitis untuk Ibu hamil bisa menyebabkan penyakit parah, kerusakan hati, bahkan kematian.

Hepatitis B dan C yang paling umum sering saat kehamilan. Hepatitis B adalah bentuk hepatitis yang paling sering ditularkan dari ibu ke bayi, dengan memiliki peningkatan risiko yang lebih besar.

Ada 90% wanita hamil dengan infeksi hepatitis B akut akan “mewarisi” virus tersebut ke bayi mereka. Sekitar 10-20% wanita dengan infeksi hepatitis B kronis akan menularkannya. Lalu sekitar 4% ibu hamil yang terinfeksi virus hepatitis C akan menyebarkannya ke bayi mereka.

Bagaimana ibu bisa terkena hepatitis saat hamil?

Hepatitis B dan C biasanya menyebar melalui darah dan cairan tubuh yang terinfeksi, contohnya seperti cairan vagina atau air mani. Hal itu yang bisa mendapatkannya dari hubungan seks tanpa kondom dengan orang yang terinfeksi.

Bagi risiko yang terkena hepatitis C melalui hubungan seks tergolong rendah jika Anda hanya memiliki satu pasangan. Hepatitis C paling sering terjadi pada orang yang lahir antara tahun 1945 dan 1965.

Apa gejala hepatitis saat hamil?

Gejala hepatitis saat hamil yaitu mual dan muntah, selalu merasa mudah kecapekan, kehilangan nafsu makan, demam, sakit perut (terutama di sisi kanan atas, lokasi hati berada), sakit pada otot dan persendian, serta jaundice alias penyakit kuning dan bagian putih mata yang menguning. 

Masalahnya adalah, gejala bisa mungkin tidak muncul selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah infeksi, atau Anda mungkin tidak menunjukkan gejala sama sekali.

Apa dampak hepatitis saat hamil pada kesehatan ibu?

Infeksi dari virus hepatitis B ada kemungkinan bisa sembuh total dalam beberapa minggu tanpa pengobatan. Bagi ibu hamil yang sudah terbebas dari virus hepatitis B akan menjadi kebal terhadapnya. 

Kemudian berbeda dengan infeksi virus hepatitis B, ada kebanyakan orang dewasa yang terinfeksi virus hepatitis C (sekitar 75% sampai 85%) menjadi seorang carrier, alias “tuan rumah” dari virus. 

Kebanyakan carrier hepatitis mengembangkan penyakit hati jangka panjang. Segelintir lainnya akan mengembangkan sirosis hati dan masalah hati serius yang mengancam jiwa lainnya.

Pada kehamilan tersebut tidak akan mempercepat proses penyakit atau memperburuk, walaupun hati sudah terbebani dan terluka dengan sirosis, ini dapat meningkatkan risiko ibu hamil mengalami perlemakan hati. 

Perlemakan hati selama kehamilan, karena mungkin kekurangan enzim biasanya diproduksi oleh hati yang memungkinkan wanita hamil untuk memetabolisme asam lemak. Pada kondisi seperti ini dapat dengan cepat memperparah dan juga bisa mempengaruhi anak yang belum lahir.

Komplikasi dapat terjadi kepada ibu hamil seperti batu empedu, yang sering menimbulkan penyakit kuning selama kehamilan. Ada sekitar 6% dari semua kehamilan, sebagian karena perubahan garam empedu selama kehamilan.

Jika Anda menderita hepatitis B saat hamil, diperkirakan Anda mungkin lebih rentan mengalami ketuban pecah dini, diabetes gestasional, dan mengalami perdarahan berat pada akhir kehamilan.

Apa pengaruh hepatitis saat hamil pada bayi?

Secara umum bayi dalam kandungan tidak akan terpengaruh oleh virus hepatitis milik ibunya selama kehamilan. Tetapi, ada kemungkinan beberapa peningkatan risiko tertentu saat persalinan, seperti bayi lahir prematur, bayi lahir dengan berat rendah, atau kelainan anatomi dan fungsi tubuh bayi.

Risiko lainnya adalah bayi Anda bisa terinfeksi saat lahir. Bayi mungkin terinfeksi hepatitis B saat lahir jika ibu positif memiliki virusnya. Biasanya, penyakit ini diteruskan ke anak yang terkena paparan darah dan cairan vagina ibu selama proses persalinan. 

Pada infeksi virus hepatitis B bisa sangat parah bagi si bayi. Hal itu bisa mengancam nyawa mereka. Apabila anak terinfeksi virus hepatitis B semasa kecil, sebagian besar kasusnya akan berlanjut menjadi kronis.

Hepatitis kronis inilah yang bisa berakibat buruk pada kesehatan anak di kemudian hari, yaitu berupa kerusakan hati (sirosis) dan kadang kanker hati (terutama jika disertai infeksi virus hepatitis C).

Di sisi lain, kecil peluangnya untuk Anda menurunkan virus hepatitis C ke bayi. Hanya 4-6% bayi yang lahir dari ibu positif hepatitis C akan terinfeksi virus. Ini berarti hampir semua bayi yang lahir dari ibu dengan hepatitis C tidak akan terkena virusnya. 

Risiko penularan hepatitis C dari ibu ke anak baru meningkat jika ibu memiliki jumlah virus (viral load) yang tinggi atau sekaligus memiliki HIV di waktu yang bersamaan.

Bagaimana mengatasi hepatitis saat hamil?

Ketika Anda pergi ke dokter untuk kunjungan prenatal pertama Anda, Anda akan menjalani serangkaian tes darah rutin, termasuk untuk memeriksa virus hepatitis B (HBV). Jika hasil tes Anda negatif HBV dan belum menerima vaksin hepatitis B.

Jika Anda baru terpapar hepatitis selama kehamilan, Anda juga mungkin akan diberi vaksin immunoglobulin untuk mencegah Anda terkena penyakit ini. Vaksin ini aman untuk wanita hamil dan bayi yang sedang berkembang. 

Sementara itu, tidak ada vaksin yang tersedia sampai saat ini untuk melindungi virus hepatitis C. Menghindari jenis perilaku berisiko adalah satu-satunya cara untuk mencegah infeksi jenis ini. Jika Anda positif hepatitis C, Anda tidak akan bisa mendapatkan obat standar.

Pengobatan utamanya adalah kombinasi dua obat yang disebut pegylated interferon dan ribavirin. Obat lain terkadang bisa ditambahkan: baik boceprevir atau telaprevir. Namun, tidak satupun obat ini terbukti aman selama kehamilan dan ribavirin dapat menyebabkan cacat lahir.

Persalinan normal lewat vagina maupun operasi caesar sama amannya untuk pasien hepatitis B dan C. Tidak ada perbedaan dari tingkat penularan yang diketahui saat membandingkan kedua metode persalinan.

Haruskah Bayi Saya imunisasi Hepatitis?

Semua bayi harus di vaksin untuk menghindari hepatitis B. Jika Anda tidak terinfeksi virus hepatitis B, bayi tetap harus mendapatkan vaksin dosis pertama sebelum Anda meninggalkan rumah sakit. 

Dosis yang tersisa diberikan dalam 6-18 bulan ke depan. Ketiga suntikan HBV diperlukan untuk perlindungan seumur hidup, dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan agar semua bayi menerimanya, terlepas dari kondisinya.

Jika Anda terinfeksi hepatitis B, dokter akan memberikan suntikan antibodi hepatitis B untuk bayi Anda dalam 12 jam setelah melahirkan. Vaksin ini sudah cukup untuk memberikan perlindungan jangka pendek bagi bayi terhadap virus tersebut.

Jika Anda terinfeksi virus hepatitis C, biasanya bayi dapat diuji dari usia delapan minggu dengan menggunakan tes deteksi viral PCR. Ini harus diikuti dengan tes PCR lain dalam 4-6 minggu setelahnya dan tes antibodi hepatitis C saat bayi berusia 12-18 bulan.

Jika bayi Anda positif hepatitis C, ia akan mendapat perawatan lebih lanjut. Ia harus rutin melakukan pemeriksaan fisik, tes darah dan kemungkinan pemindaian ultrasound atau tes lainnya. Tidak semua anak dengan hepatitis C diberikan obat-obatan resep.

Awas Hepatitis Misterius Akut ! || Bagaimana Penularannya?

Awas Hepatitis Misterius Akut ! || Bagaimana Penularannya? 1200 1200 Yudha Pratama

FASTLab, Jakarta – Pandemi di indonesia baru saja memasuki kondisi Endemi, tetapi penanganan Covid-19 di Indonesia masih belum benar-benar aman. Saat ini warga Indonesia sedang dikejutkan dengan kasus hepatitis misterius akut yang banyak menyerang anak anak.

Menteri kesehatan Indonesia masih terus melakukan investigasi melalui pemeriksaan panel virus lengkap dan penyelidikan epidemiologi untuk mengetahui penyebabnya. Secara umum beberapa gejala yang ditimbulkan oleh hepatitis misterius akut adalah mual, muntah, sakit perut, diare, dan demam ringan. 

Jika gejalanya sudah semakin berat maka si penderita akan mengalami warna air kencing lebih pekat seperti teh dan BAB berwarna putih pucat. Beberapa pakar kesehatan telah melakukan penelitian terhadap kasus ini sudah menemukan Adenovirus 41. Penemuan tersebut merupakan kombinasi dari SARS CoV-19.

Adenovirus ini bisa sangat berbahaya bagi orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah karena dengan sangat mudah bisa menyerang beberapa organ yang ada di tubuh. Lain halnya dengan orang yang memiliki kekebalan imun yang tinggi Adenovirus ini dapat sembuh dengan sendirinya.

(World Health Organization) menyatakan bahwa kasus hepatitis misterius akut ini dikaitkan dengan latar belakang keluarga yang memelihara anjing. Kondisi hewan yang kurang sehat serta kondisi lingkungan yang kurang baik dapat menjadikan penyebab hepatitis akut ini semakin berkembang dikalangan masyarakat.

Jika secara luas penyebab dari hepatitis misterius akut ini adalah masalah lingkungan maka dengan kemungkinan hal yang harus kita perbaiki adalah pola kebersihan diri dan juga lingkungan. Membersihkan lingkungan dari sampah yang menumpuk hingga dengan pola cuci tangan sebelum makan, hal ini dapat diterapkan pada anak-anak dan orang yang ada di sekitar kita.

Dengan kondisi seperti saat ini apakah orang tua harus khawatir dan takut jika anak anaknya terkena hepatitis misterius akut ini?

Perasaan khawatir dan takut bisa sewajarnya saja jangan sampai membuat kegaduhan hingga dengan berita yang tidak tau penyebabnya. Hal yang perlu dilakukan oleh orang tua adalah harus waspada dan lebih extra dalam memperhatikan perkembangan dan pola keseharian anaknya. 

Jika terjadi beberapa gejala yang sudah disebutkan tadi ada baiknya orang tua membawa anaknya untuk memeriksa kesehatan buah hati ke fasilitas kesehatan terdekat. Hal tersebut memungkinkan minim terjadinya hepatitis misterius akut ini di lingkungan masyarakat dan anak pun bisa berkembangan dengan sehat dan kuat.

Oleh karena itu perlu adanya kerjasama antara orang tua dengan pihak kesehatan agar kasus ini bisa cepat ditangani dan tidak sampai menimbulkan korban jiwa di kemudian hari. Serta selalu memperketat pemakaian masker yang mana kondisi covid-19 juga masih belum benar benar aman di indonesia.

Obat Herbal Hepatitis ? || Berikut Penjelasannya

Obat Herbal Hepatitis ? || Berikut Penjelasannya 2251 2251 Yudha Pratama

Hello Sobat FAST! Tahukah Anda, bahwa saat ini hepatitis telah merajalela di beberapa negara. Salah satunya negara kita tercinta yaitu Indonesia. Virus hepatitis bisa menyebabkan peradangan kronis pada hati. 

Bagi pengobatan hepatitis diperlukan untuk mengurangi keparahan hingga mencegah komplikasi. Obat herbal hepatitis dapat membantu untuk pemulihan hepatitis. Beberapa bahan alami yang dapat mengatasi hepatitis apa sajakah? Mari kita bahas dalam artik kali ini.

Penjelasan Obat Herbal Hepatitis

Tahukah Sobat Fast, bahwa beberapa ilmuwan telah menunjukkan bagaimana pengobatan alami memberikan cara yang lebih murah untuk pencegahan dan pengobatan virus hepatitis. 

Contohnya seperti :

  • Daun sambiloto,
  • Phyllanthus amarus, 
  • Alpukat, 
  • Kunyit, 
  • Bawang putih, dan 
  • Kola sambiloto.

Secara konvensional virus hanya dapat ditanggulangi dengan vaksinasi, skrining massal, dan pengobatan. Namun pemerintah tidak segera melakukan tindakan penyelamatan jiwa ini mungkin karena implikasi biaya yang besar, karena merawat lebih dari 25 juta orang yang terinfeksi.

Ada 5 jenis virus hepatitis, yaitu hepatitis A, B, C, D, dan E. Masing-masing gejala hepatitis bisa berbeda untuk setiap orang, jadi untuk pengobatannya pun berbeda dan disesuaikan dengan kondisi pasien. 

Selain mengatasinya dengan obat dokter, ternyata ada beberapa bahan atau metode alternatif yang bisa membantu mengatasi pengobatan virus hepatitis. Tetapi, harus diingat bahwa obat herbal hepatitis ini tidak bisa menyembuhkan penyakit seutuhnya.

Obat herbal hepatitis

1. Milk Thistle

Obat Herbal pertama yaitu milk thistle, salah satu pengobatan hepatitis tradisional yang sudah terkenal sejak lama. Ekstrak tanaman ini banyak digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang berkaitan dengan organ hati, saluran empedu, dan kantung empedu.

Ada beberapa penelitian, terlihat bahwa obat herbal hepatitis ini dapat membantu menghambat virus hepatitis memasuki sel hati. Namun untuk  penggunaannya belum bisa digunakan sebagai obat utama untuk mengatasi gejala hepatitis.

2. Teh Hijau Obat Herbal Hepatitis

Selanjutnya yaitu dengan mengkonsumsi minuman yang terbuat dari teh hijau, karena bisa menjadi salah satu obat herbal hepatitis secara alami. Pasalnya, teh hijau mengandung antioksidan bernama katekin yang dapat membantu melindungi sel hati.

Pada kandungan polifenol dalam teh hijau berpotensi untuk menghambat virus agar tidak masuk ke sel hati. Pengobatan hepatitis tradisional ini tidak dianjurkan secara berlebihan karena justru menyebabkan kerusakan hati pada sebagian orang.

3. Zinc

Zinc merupakan mineral yang sangat penting untuk banyak fungsi tubuh. Ketika seseorang mengalami hepatitis, kadar zinc di dalam tubuh akan menurun. Hal inilah yang membuat pasien kerap mengalami kekurangan zinc.

Solusinya, Anda bisa mencoba minum suplemen zinc sebagai obat herbal hepatitis. Penelitian dari  Journal of Clinical Biochemistry and Nutrition (2012) bahkan pernah menemukan bahwa pasien hepatitis C yang minum suplemen zinc mengalamai risiko kanker hati. 

Zinc bekerja dengan cara menghambat proses peradangan dan aktivitas protein penyebab kerusakan jaringan pada hepatitis C kronis. Selain itu, zinc juga baik untuk menjaga fungsi liver. Pasalnya, orang dengan penyakit liver kronis memiliki kadar zinc yang rendah.

4. Kunyit

Kemudian ada kunyit salah satu bahan herbal yang tak asing. Beberapa orang menggunakan kunyit untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan, kecuali tidak untuk menjaga kesehatan organ hati. 

Senyawa dari kurkumin pada kunyit menghambat masuknya seluruh genotip virus hepatitis C. Kurkumin juga merusak virus hepatitis C sehingga mengganggu proses infeksi ke liver. Tidak hanya hepatitis C, kurkumin juga menghambat aktivitas DNA virus hepatitis B.

5. Ginseng

Pada bahan satu ini juga yaitu ginseng bisa menjadi obat herbal mengatasi virus hepatitis. Hal ini dikarenakan pengobatan hepatitis tradisional ini mampu melindungi organ hati dari kerusakan akibat virus serta kemunculan jaringan parut atau fibrosis.

Namun untuk Anda yang sedang menjalani perawatan dengan obat golongan imatinib atau raltegravir, ginseng tidak boleh dikonsumsi. Hal ini dikarenakan interaksi obat ini akan menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan, seperti kerusakan liver.

Baca juga : Mabuk Perjalanan? Penyebab, Gejala dan Mengobatinya?

6. Temulawak Obat Herbal Hepatitis

Kemudian untuk obat mengatasi hepatitis tidak hanya kunyit, tetapi temulawak pun mengandung kurkumin. Temulawak memiliki senyawa kurkumin yang bersifat antioksidan sehingga bisa mengurangi peradangan pada liver.

Jadi, temulawak termasuk bagian dari obat herbal dalam mengatasi hepatitis yang bisa mengurangi komplikasi yang diakibatkan peradangan berkepanjangan, seperti kerusakan liver. Selain itu, kandungan kurkumin berpotensi menghambat penggandaan virus hepatitis B. 

Manfaat dari obat herbal Temulawak yaitu bisa menekan keparahan penyakit satu ini. Tak heran, temulawak menjadi obat herbal untuk penyakit hepatitis B. Serupa dengan kunyit, kurkumin pada temulawak juga menghambat infeksi hepatitis C ke liver.

7. Meditasi & Yoga

Terakhir Anda bisa mencoba melakukan kegiatan meditasi dan yoga dalam mengatasi penyakit hepatitis C, terutama yang sudah kronis, tentu bisa menurunkan kualitas hidup Anda. Tak jarang pasien yang mengalaminya merasa cemas dan stres. 

Dokter suka menyarankan pasien melakukan meditasi dan yoga. Walaupun tidak bisa mengobati hepatitis seutuhnya, cara tersebut bisa meringankan beban yang Anda rasakan dan membuat tubuh terasa lebih nyaman secara alami. 

Kegiatan meditasi ini diharapkan bisa melepas diri dari pikiran-pikiran yang membuat cemas serta membuat tubuh lebih rileks. Kemudian latihan peregangan saat yoga dapat mengurangi rasa sakit atau pegal-pegal yang Anda rasakan selama mengalami gejala.

Kesimpulan Obat Herbal Hepatitis

Pada penjelasan diatas terlepas dari penggunaan obat medis atau herbal untuk mengatasi hepatitis, Anda perlu menjalani tes darah rutin. Ini berguna agar dokter mengetahui secara pasti sejauh mana hati Anda masih berfungsi. 

Kemudian untuk pengobatan hepatitis akut dan kronis berbeda satu sama lainnya. Beristirahat, meringankan gejala dan menjaga asupan cairan yang memadai dianjurkan untuk pengobatan hepatitis virus akut.

Apa Itu Hepatitis E? || Apakah Bisa Disembuhkan?

Apa Itu Hepatitis E? || Apakah Bisa Disembuhkan? 2251 2251 Yudha Pratama

Hello Sobat FAST! Tahukah Anda tentang Hepatitis E? Kita sudah 4 kali pembahasan tentang Hepatitis, memiliki banyak jenis dan semuanya berbahaya jika tidak segera diatasi dengan baik dan benar.

Pembahasan kali ini kita akan memberikan informasi seputar tentang Hepatitis E. Virus ini menyerang sel sehat dalam tubuh dan terdiri dari berbagai jenis yang berbeda sesuai dengan cara penularannya.

Virus Hepatitis E termasuk penyakit yang jarang terjadi, terutama di negara-negara maju. Meski begitu, penyakit hepatitis ini lebih sering ditemukan di negara berkembang yang memiliki tingkat kebersihan dan sanitasi yang kurang baik.

Overview

Hepatitis E adalah peradangan hati yang disebabkan oleh virus hepatitis E. VHE memiliki setidaknya 4 jenis yang berbeda: genotipe 1, 2, 3 dan 4. Genotipe 1 dan 2 hanya ditemukan pada manusia. Genotipe 3 dan 4 beredar di beberapa hewan.

Virus ditumpahkan dalam tinja orang yang terinfeksi dan memasuki tubuh manusia melalui usus. Penularan biasanya terjadi melalui air minum yang terkontaminasi. Infeksi biasanya sembuh sendiri dan sembuh dalam 2-6 minggu.

Penularan

Infeksi dari virus hepatitis E umum di negara-negara yang memiliki penghasilan rendah dan menengah dengan akses terbatas ke air esensial, sanitasi, kebersihan dan layanan kesehatan. Pada daerah-daerah ini, penyakit terjadi baik sebagai wabah maupun sebagai kasus sporadis.

Virus ini biasanya mengikuti periode kontaminasi tinja dari persediaan air minum dan dapat mempengaruhi ratusan hingga ribuan orang. Wabah tersebut terjadi di daerah-daerah konflik dan keadaan darurat kemanusiaan.

Beberapa kasus sporadis juga terkait dengan pencemaran air, meskipun dalam skala yang lebih kecil. Kasus-kasus tersebut sebagian besar disebabkan oleh infeksi virus genotipe 1, dan lebih jarang oleh virus genotipe 2.

Pada daerah menengah keatas dengan sanitasi dan suplai air yang lebih baik, infeksi hepatitis E biasanya jarang terjadi. Kasus ini disebabkan oleh virus genotipe 3 dan dipicu oleh infeksi virus yang berasal dari hewan, biasanya melalui konsumsi daging hewan yang kurang matang.

Gejala

Masa inkubasi setelah terpapar hepatitis E berkisar antara 2-10 minggu, dengan rata-rata 5-6 minggu. Orang yang terinfeksi mengeluarkan virus mulai dari beberapa hari sebelum sampai 3-4 minggu setelah timbulnya penyakit.

Di daerah dengan endemisitas penyakit yang tinggi, infeksi simtomatik paling sering terjadi pada orang dewasa muda berusia 15-40 tahun. Walaupun infeksi terjadi pada anak-anak, sering tidak terdiagnosis karena mereka biasanya tidak memiliki gejala atau hanya penyakit ringan.

Tanda dan gejala khas hepatitis meliputi:

  • Fase awal demam ringan, mual dan muntah yang berlangsung selama beberapa hari,
  • Sakit perut, gatal, ruam kulit, atau nyeri sendi,
  • Penyakit kuning (warna kulit kuning), urin gelap dan tinja pucat, dan
  • Hati yang sedikit membesar dan nyeri tekan (hepatomegali).

Gejala-gejala seperti ini sering tidak bisa dibedakan dari yang dialami selama penyakit hati lainnya dan biasanya berlangsung 1-6 minggu.

Kasus penyakit ini memang jarang terjadi, karena efeknya bisa parah dan mengakibatkan hepatitis fulminan (gagal hati akut), beresiko kematian. Wanita hamil dengan hepatitis E, terutama pada trimester 2/3, memiliki risiko gagal hati akut, kematian janin, dan kematian. 

Dari 20-25% wanita hamil dapat meninggal jika mereka mendapatkan hepatitis E pada trimester ketiga.

Kasus infeksi penyakit ini telah dilaporkan pada orang dengan imunosupresi, terutama penerima transplantasi organ pada obat imunosupresif, dengan infeksi VHE genotipe 3 atau 4. Ini tetap tidak umum.

Diagnosa

Kasus hepatitis E secara klinis tidak dapat dibedakan dari jenis hepatitis virus akut lainnya. Namun, diagnosis sering kali dapat dicurigai secara kuat dalam rangkaian epidemiologi yang tepat.

Ketika beberapa kasus terjadi di tempat-tempat di daerah endemik penyakit yang diketahui, dalam rangkaian dengan risiko kontaminasi air ketika penyakitnya lebih parah pada wanita hamil atau jika hepatitis A telah diderita. pengecualian.

Diagnosis pasti infeksi hepatitis E biasanya didasarkan pada deteksi antibodi anti-VHE imunoglobulin M (IgM) spesifik terhadap virus dalam darah seseorang, ini biasanya cukup di daerah di mana penyakit ini umum. Tes cepat tersedia untuk penggunaan lapangan.

Tes tambahan termasuk reverse transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR) untuk mendeteksi RNA virus hepatitis E dalam darah dan tinja. Pengujian ini membutuhkan fasilitas laboratorium khusus. 

Treatment

Tidak ada pengobatan khusus untuk mengubah perjalanan hepatitis E akut. Virus ini biasanya sembuh sendiri, rawat inap umumnya tidak diperlukan. Hal paling penting adalah menghindari obat-obatan seperti Asetaminofen, parasetamol, dan obat-obatan untuk mengatasi muntah.

Perawatan inap tidak diperlukan bagi pasien dengan hepatitis fulminan. Orang dengan imunosupresi dengan hepatitis E kronis mendapat manfaat dari pengobatan khusus menggunakan ribavirin, obat antivirus.

Pencegahan

Virus Hepatitis E dapat dikurangi dengan:

  • Menjaga standar kualitas untuk pasokan air publik, dan
  • Membangun sistem pembuangan yang tepat untuk kotoran manusia.

Pada tingkat individu, risiko infeksi dapat dikurangi dengan:

  • Menjaga praktik higienis, dan
  • Menghindari konsumsi air dan es yang kemurniannya tidak diketahui.

Kesimpulan

Jadi kesimpulan yang bisa diambil dari penjelasan diatas yaitu adalah peradangan hati yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis E (VHE). Setiap tahun diperkirakan ada 20 juta infeksi VHE di seluruh dunia.

Informasi yang didapatkan dari WHO memperkirakan bahwa virus ini menyebabkan sekitar 44.000 kematian pada tahun 2015 (menyumbang 3,3% dari kematian akibat virus hepatitis). Virus ini ditularkan melalui rute fekal-oral, terutama melalui air yang terkontaminasi.

Awas Bahaya Virus Hepatitis D || Penularannya Cepat!

Awas Bahaya Virus Hepatitis D || Penularannya Cepat! 2251 2251 Yudha Pratama

Hello Sobat FAST! Tahukah Anda tentang Virus Hepatitis D? Pada artikel sebelumnya kita sudah sering membahas soal Hepatitis. Pembahasan kali ini, kita akan memberitahu informasi tentang Hepatitis D. 

Hepatitis D yaitu jenis virus yang berbeda, hal ini karena infeksi virus ini hanya bisa terjadi jika seseorang sudah terinfeksi hepatitis B sebelumnya. Hepatitis D dapat bersifat akut maupun kronis.

Overview

Hepatitis D adalah peradangan hati yang disebabkan oleh virus VHD, yang membutuhkan VHB untuk replikasinya. Infeksi VHD tidak dapat terjadi tanpa adanya virus hepatitis B. 

Koinfeksi VHD-VHB dianggap sebagai bentuk hepatitis virus kronis yang paling parah karena perkembangan yang lebih cepat menuju karsinoma hepatoseluler dan kematian terkait hati. Vaksinasi terhadap hepatitis B adalah satu-satunya metode untuk mencegah infeksi HDV.

Distribusi Geografis

Pada sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Hepatology di tahun 2020, dilakukan bekerja sama dengan WHOwho, diperkirakan virus hepatitis D mempengaruhi hampir 5% orang di dunia yang memiliki infeksi kronis virus hepatitis B.

Koinfeksi hepatitis D dapat menjelaskan sekitar 1 dari 5 kasus penyakit hati dan kanker hati pada orang dengan infeksi VHB. Studi ini telah mengidentifikasi beberapa hotspot geografis dengan prevalensi tinggi infeksi VHD termasuk Mongolia, Republik Moldova, dan negara-negara di Afrika barat dan tengah.

Penularan

Rute penularan terjadi melalui kulit yang rusak atau melalui kontak dengan darah yang terinfeksi. Vaksinasi terhadap VHB mencegah koinfeksi VHD, karena perluasan program imunisasi VHB pada masa kanak-kanak telah mengakibatkan penurunan kejadian hepatitis D.

Pembawa VHB kronis berisiko terinfeksi VHD. Orang yang tidak kebal terhadap VHB (baik karena penyakit alami atau imunisasi dengan vaksin hepatitis B) berisiko terinfeksi VHB, yang menempatkan mereka pada risiko infeksi VHD.

Pengguna narkoba dan orang dengan virus hepatitis C atau infeksi HIV. Risiko koinfeksi juga tampaknya berpotensi lebih tinggi pada penerima hemodialisis, pria yang berhubungan seks sesama jenis, dan pekerja seks komersial.

Gejala

Biasanya untuk yang terkena hepatitis D akan merasakan gejala awal seperti demam kelelahan, kehilangan nafsu makan, mual, muntah, urin berwarna gelap, tinja berwarna pucat, dan penyakit kuning (mata kuning), biasanya muncul 3-7 minggu setelah infeksi awal. 

Bahkan fulminan tetapi pemulihan biasanya lengkap dan perkembangan hepatitis fulminan jarang terjadi dan hepatitis D kronis jarang terjadi (kurang dari 5%).

Dalam superinfeksi, Penyakit ini dapat menginfeksi seseorang yang sudah terinfeksi hepatitis B secara kronis. Superinfeksi VHD pada VHB kronis mempercepat perkembangan penyakit yang lebih parah pada semua usia dan pada 70-90% orang. 

Pasien dengan sirosis yang diinduksi VHD berada pada peningkatan risiko karsinoma hepatoseluler (HCC), namun mekanisme dimana VHD menyebabkan hepatitis yang lebih parah dan perkembangan fibrosis yang lebih cepat daripada VHB saja masih belum jelas.

Diagnosa

Infeksi dari virus VHD di diagnosis dengan kadar tinggi imunoglobulin G (IgG) anti-VHD dan imunoglobulin M (IgM), dan dikonfirmasi dengan deteksi RNA HDV dalam serum. Namun, diagnostik VHD tidak tersedia secara luas dan tidak ada standarisasi untuk pengujian RNA HDV.

Treatment

Interferon alfa pegilasi yaitu sebuah pengobatan yang umumnya direkomendasikan untuk infeksi virus VHD. Pengobatan harus berlangsung setidaknya selama 48 minggu terlepas dari respon pasien. 

Virus cenderung memberikan tingkat respons yang rendah terhadap pengobatan, namun pengobatan dikaitkan dengan kemungkinan perkembangan penyakit yang lebih rendah, tidak boleh diberikan kepada pasien dengan sirosis dekompensasi.

Diperlukan lebih banyak upaya untuk mengurangi beban global hepatitis B kronis dan mengembangkan obat-obatan yang aman dan efektif melawan VHD dan cukup terjangkau untuk digunakan dalam skala besar bagi mereka yang paling membutuhkan.

Pencegahan

WHO tidak memiliki rekomendasi khusus tentang hepatitis D, pencegahan penularan Hepatitis D yaitu dosis kelahiran tepat waktu, profilaksis antivirus tambahan untuk wanita hamil yang memenuhi syarat, keamanan darah, praktik injeksi yang aman di tempat perawatan kesehatan dan layanan kebersihan.

Kesimpulan Virus Hepatitis D

Dari penjelasan diatas kesimpulannya, bahwa Virus Hepatitis D adalah virus yang membutuhkan virus hepatitis B (VHB) untuk replikasinya. Virus ini mempengaruhi secara global hampir 5% orang yang memiliki infeksi kronis virus hepatitis B (VHB).

Populasi yang lebih mungkin untuk memiliki koinfeksi VHB dan VHD termasuk penduduk asli, penerima hemodialisis dan orang-orang yang menyuntikkan narkoba. Di seluruh dunia, jumlah infeksi HDV telah menurun sejak tahun 1980-an.

Kombinasi infeksi VHD dan VHB dianggap sebagai bentuk hepatitis virus kronis yang paling parah karena perkembangan yang lebih cepat menuju kematian terkait hati dan karsinoma hepatoseluler.